Miftah Sunandar
Dari Besi Loak ke Bisnis Properti
Pada usianya yang relatif muda, Miftah bisa dibilang sebagai juragan properti yang sukses mengembangkan bisnis dari nol. Lewat bendera PT Miftah Putra Mandiri (MPM), pria murah senyum ini sudah membangun puluhan perumahan di wilayah Depok dan sekitarnya, sebut saja Perumahan Villa Putra Mandiri I, II, III, dan IV, Putra Mandiri Residence, Putra Mandiri Regency, serta Griya Putra Mandiri.
TOKOHKITA. Di kalangan pengusaha, nama Miftah Sunandar cukuf familiar. Pada usianya yang relatif muda, Miftah bisa dibilang sebagai juragan properti yang sukses mengembangkan bisnis dari nol. Lewat bendera PT Miftah Putra Mandiri (MPM), pria murah senyum ini sudah membangun puluhan perumahan di wilayah Depok dan sekitarnya, sebut saja Perumahan Villa Putra Mandiri I, II, III, dan IV, Putra Mandiri Residence, Putra Mandiri Regency, serta Griya Putra Mandiri.
Tahun ini MPM sedang merampungkan tiga perumahan, yakni Green Putra Mandiri (120 unit), Grand Putra Mandiri (173 unit) dan Panorama Putra Mandiri (136 unit). Rencananya, setelah menuntaskan pembangunan tiga lokasi perumahan itu, Miftah siap menggarap enam lokasi perumahan lain yang juga masih di Depok. Menurut Miftah permintaan akan perumahan lumayan tinggi di wilayah pinggiran Ibukota ini sehingga menjadi peluang emas baginya untuk terus melebarkan sayap bisnis. Tak cuma di Depok, sebenarnya MPM juga sudah merambah Bandung, Jawa Barat, dengan mengembangkan Perumahan Bentang Padalarang Regency di lahan seluas 20 hektare (ha).
Untuk proyek Bentang Padalarang Regency, pada tahap pertama, pembangunan meliputi 1.000 unit rumah di area 12 ha. Tipe rumah yang dibangun bervariasi dari mulai tipe kecil 22/60 hingga berukuran luas 300/215. Ke depan, MPM bakal membidik proyek apartemen dan hotel yang mulai marak bermunculan di kawasan Depok. “Total, lebih dari 21 lokasi perumahan yang sudah kami bangun,” kata pria kelahiran 12 April 1981 ini.
Selain di bisnis properti, Miftah memiliki unit usaha lainnya, antara lain PT Uji Karya Prestasi yang bergerak di sektor tambang pasir dan PT Miftah Sunandar yang fokus di jasa arsitektur dan perencanaan kota. Lantas, PT Miftah Trans Way yang menaungi lini usaha angkutan umum dan PT MPM Cemerlang sebagai operator Radio Cemerlang.
Tak pelak, dengan sejumlah unit usaha tersebut, aset yang dimiliki Miftah dari waktu ke waktu terus menggelembung dengan omzet mencapai ratusan miliar. Dari semua itu, kontribusi pemasukan lebih banyak dari bisnis properti. “Jangan lihat Miftah hari ini, tapi prosesnya. Ada perjuangan panjang karena merintis bisnis tidak mudah,” sebut Ketua Kadin Kota Depok ini.
Ya, kesuksesan yang diraih Miftah saat ini tak datang dengan sendirinya, melainkan buah kerja keras dan keuletan dalam berusaha yang pantang menyerah. Sudah banyak pengalaman pahit yang berhasil dia lalui. Maklum, dalam berbisnis properti tak jarang dia menemui persoalan pelik. “Saya ini sudah kenyang dengan urusan utang, kan, usaha dari hasil pinjam sana-sini. Sampai saya tidak takut lagi dengan debt collector. Itu sudah saya lalui semuanya,” bebernya.
Bahkan saat menghadapi krisis keuangan pada 2014 akibat jatuh tempo utang, Miftah tetap tenang. Ia mampu menyelesaikan dengan cara melakukan restrukturisasi. Maklum, kredit macet ini buntut dari perubahan kebijakan kenaikan uang muka rumah dan kenaikan suku bunga kredit bank. Adapun, dari sisi manajerial keuangan sudah berjalan baik. Di sisi lain, penjualan rumah seret akibat pasar properti lesu seiring melemahnya daya beli masyarakat. “Kalau yang lain mungkin sudah menjual semua aset perusahaan. Tapi saya tidak, pakai cara dan ilmu untuk menyelesaikan kredit macet,” jelas Miftah.
Ilmu dari kontraktor
Sebelum terjun di bisnis properti, bisnis Miftah berawal pada tahun 2001 dalam jual-beli besi tua dan loakan. Ia mulai belajar berusaha dengan mengumpulkan besi bekas konstruksi yang selanjutnya dia jual ke kontraktor. Kala itu ada kebutuhan besi bekas yang murah karena harga material bangunan cukup mahal. “Omzetnya sekitar Rp 20 juta per bulan dari tiga lokasi pengumpul besi bekas dengan keuntungan 20%-30% ,” ujar dia.
Dari besi bekas inilah usaha Miftah terus menanjak. Setahun kemudian, pada 2002, Miftah bisa membuka toko material dan besi konstruksi dengan nama PD Putra Mandiri. Meski begitu, jualan besi loakan tetap ditekuni hingga sekarang. “Usaha besi bekas sampai detik ini masih jalan karena ada sejarahnya, juga cikal bakal saya bisa seperti saat ini,” ujar pengajar manajemen properti di Panangian School of Property ini.
Lantaran sering berhubungan dan memasok kebutuhan material bangunan ke para kontraktor, Miftah mendapat banyak ilmu dan pengetahuan tentang seluk-beluk pembangunan rumah. Dari hasil banyak bertanya dan mengamati kerja kontraktor, Miftah pun paham di luar kepala tentang ukuran dan jenis besi, potongan kayu, jumlah tonase truk pengangkut pasir, hingga kebutuhan paku untuk satu unit rumah.
Selain itu Miftah juga mahir mengkalkulasi kebutuhan biaya dan bahan bangunan sebuah rumah. Akhirnya pada 2004, Miftah memberanikan diri membangun dua unit rumah di lahan 170 m2 berbekal pengetahuan otodidak tersebut. “Waktu itu bermodal sertifikat tanah milik mertua, sehingga mendapat pinjaman Rp 50 juta,” papar sarjana ekonomi Jurusan Manajemen STIA YAPPAN.
Singkat cerita, kedua rumah ini selesai dibangun, bahkan dalam tempo yang tidak lama bisa terjual seharga Rp 140 juta. Setelah berjalan beberapa tahun, ternyata usahanya terus berkembang sehingga mengantarkan Miftah menjadi pengembang rumah-rumah pribadi dengan mendirikan CV Putra Mandiri. Perumahan pertama yang dibangunnya adalah Perumahan Putra Mandiri dengan hanya beberapa unit dan sukses menembus pasar.
Pada akhir 2006, Miftah membangun Perumahan Villa Putra Mandiri I yang berisi hanya delapan unit di Tanah Baru, Depok. Dalam waktu satu minggu, perumahan tersebut habis terjual. Tahun-tahun berikutnya, semakin banyak perumahan yang dibangun Miftah hingga sekarang. Seiring berjalannya waktu, CV Putra Mandiri pun berubah baju hukum menjadi PT Miftah Putra Mandiri yang bergerak dalam bidang perdagangan besi konstruksi, general contractor, dan developer.
Ditempa dengan masalah
Setiap persoalan tentu ada solusinya. Begitulah pandangan Miftah dalam menyikapi setiap kesulitan hidup yang dihadapi. Di dunia usaha juga berlaku prinsip tersebut. Semua persoalan harus dihadapi, bukan lari dari masalah. Kuncinya adalah mencari solusi dari permasalahan-permasalahan yang muncul selama kita menjalankan roda usaha. “Sebagai pengusaha sejati tentu dalam perjalanannya akan banyak ditempa dengan masalah-masalah tapi akhirnya bisa melewati semua itu,” kata pengusaha muda ini.
Menurut Miftah, besar kecilnya masalah tergantung sudut pandang masing-masing pribadi dalam menyikapinya. Dulu, ketika perusahaannya belum besar seperti saat ini, persoalan yang mengimpit adalah modal terbatas, bisa memperoleh pinjaman tapi kesulitan saat membayar karena rumah yang dibangun belum juga terjual. “Kan, jadi beban juga, pinjaman jatuh tempo tapi mau bayar dengan apa,” ungkapnya.
Miftah masih ingat ketika awal terjun ke bisnis properti sampai harus pinjam bahan bangunan dari banyak toko material. Sebab, saat itu mana ada pihak yang mau mereferensikan dirinya agar bisa mendapat pinjaman dari bank. “Siapa Miftah, enggak ada yang kenal. Akhirnya, modal dihimpun kecil-kecil dari banyak pihak sebagai solusinya,” tutur Miftah.
Ketika perusahaannya sudah sebesar saat ini, problem yang dihadapi juga begitu kompleks. Dalam hal ini, tentu dibutuhkan kelihaian dalam mengelola bisnis agar tetap berkinerja positif ketika persaingan usaha makin berat. Selain cara memimpin yang harus baik, kepercayaan konsumen harus tetap dijaga. “Jangan sampai konsumen dikecewakan sehingga hilang kepercayaan,” imbuhnya.
Editor: Tokohkita