Nur Wahid
Kisah Pedagang Cakwe di Bekasi yang Maju Sebagai Caleg
- Beranda /
- Parlemen Kita /
- Sabtu, 16 Maret 2019 - 01:00 WIB
Pria asal Kebumen, Jawa Tengah ini maju dari Partai Gerindra. Meski mendapatkan nomor urut sembilan, bapak dua anak ini cukup optimistis bisa melenggang ke gedung DPRD Kota Bekasi.
TOKOHKITA. Nur Wahid sudah mantab untuk maju sebagai calon anggota legislatif atau caleg di Kota Bekasi. Pria berusia 47 tahun yang sehari-hari menjual cakwe ini, menargetkan meraup 6.000 suara di daerah pemilihan 3 yang mencakup Kecamatan Rawalumbu, Mustikajaya, dan Bantargebang.
"Cita-cita saya dari sekolah memang ingin jadi pemimpin," kata Nur Wahid di posko pemenangannya di Rawalumbu, seperti dikutip dari tempo.co, Sabtu (16/3/2019).
Pria asal Kebumen, Jawa Tengah ini maju dari Partai Gerindra. Meski mendapatkan nomor urut sembilan, bapak dua anak ini cukup optimistis bisa melenggang ke gedung DPRD Kota Bekasi. "Sekarang saya fokus sosialisasi kepada masyarakat," kata dia.
Keinginan Nur Wahid untuk terjun ke dunia politik, sudah muncul sejak 2014. Saat itu kawan-kawannya di majelis taklim, kerap memberi dorongan. Namun, ketika itu dia belum memutuskan. "Banyak partai nawarin, tapi belum saya ambil," ujar lulusan Madrasah Aliyah di Kebumen ini.
Nur Wahid semakin tertarik dengan politik ketika ada Pilkada Jakarta 2017. Pesta demokrasi di ibu kota itu memang menyedot perhatian publik. Dari sanalah Nur Wahid mulai mengamati partai-partai peserta pemilu. "Ada tiga partai yang saya amati arahnya, PPP, PKS, dan Gerindra," ujarnya.
Meski tertarik masuk ke PKS, Nur Wahid akhirnya memutuskan bergabung dengan Partai Gerindra. Sosok Prabowo Subianto menjadi salah satu alasan ia merapat ke partai berlambang kepala burung Garuda itu pada Maret 2018.
Pengurus Gerinda kemudian mendaftarkan Nur Wahid ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan ditetapkan sebagai daftar calon legislatif sementara (DCT). Usai verifiksai faktual, lembaga itu menetapkan namanya dalam daftar calon tetap sebagai peserta. "Niat saya tulus, ingin membantu rakyat kecil," ujar Nur Wahid.
Nur Wahid menampik menjadi caleg untuk mengubah nasib atau mencari penghasilan melalui gaji dari pemerintah. Sebab, kata dia, menjadi pengusaha cakwe sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Merintis usaha sejak tahun 1992, Nur Wahid mampu membeli rumah dan mobil. "Sekarang saya punya 12 gerobak, satu gerobak setorannya Rp 100 ribu per hari," kata dia.
Nur Wahid mengklain, telah menelurkan pengusaha-pengusaha cakwe tersebar di Jakarta, Depok, Bogor, dan Tangerang, dan Bekasi. "Mereka ini mantan karyawan saya yang membuka usaha cakwe sendiri, saya hanya membantu mencari solusi jika omset mereka menurun," kata Nur Wahid.
Karena itu, alasan yang mendasar menjadi caleg tak lepas dari pengalamannya berdagang cakwe sampai larut malam. Setiap pulang berjualan, Nur Wahid mendapati banyak orang kelas bawah tidur di emperan menjadi gelandangan dan pengemis. "Semestinya pemerintah hadir, mereka dibina, diberi keterampilan lalu membuka usaha," ucap dia.
Editor: Tokohkita