Durajat
Fenomena Revolusi 4.0 Dalam Akuntansi Perdagangan
Fenomena revolusi 4.0 yang terjadi dalam penerapan pada akuntansi perdagangan misalnya munculnya aplikasi Moka Pos. Aplikasi ini cukup banyak digunakan pada usaha kuliner di Indonesia khususnya di kota-kota besar.
Perkembangan teknologi informasi telah memasuki era Industri 4.0, yang mana kemudian teknologi informasi menjadi penting bagi kehidupan manusia. Industri 4.0 menekankan pada proses digitalisasi yang terhubung dengan jaringan internet. Adapun Industri 4.0 sendiri secara resmi lahir di Jerman, tepatnya saat diadakan Hannover Fair pada tahun 2011 (Kagermann dkk, 2011).
Fenomena revolusi 4.0 yang terjadi dalam penerapan pada akuntansi perdagangan misalnya, memunculkan aplikasi Moka Pos. Aplikasi ini cukup banyak digunakan pada usaha kuliner di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Tentunya ini membantu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang seringkali abai terhadap proses pencatatan.
Moka POS sendiri merupakan start-up penyedia layanan point of sales (POS). Secara umum, aplikasi ini cukup dapat digunakan bagi para usahawan pemula serta mudah digunakan.Termasuk didalamnya terdapat fasilitas mengelola inventori, termasuk hitungan apabila terdapat diskon dan pajak.
Komponen utama dari perhitungan akuntansi usaha perdagangan umumnya ada empat, diantaranya; pertama, barang masuk (pembelian). Kedua, kas keluar (pengeluaran). Ketiga, barang keluar (penjualan). Keempat, kas masuk (pendapatan). Jika melihat dari aplikasi Moka POS tersebut setidaknya sudah memenuhi komponen-komponen perhitungan tersebut.
Secara sederhana, laba atau rugi suatu usaha dapat dihitung dari hasil penjualan dengan dikurangkan biaya-biaya. Proses pencatatan barang tentunya sangat penting bahkan inti dari sistem akuntansi perdagangan. Oleh karena itu, hadirnya aplikasi semacam Moka POS tentu akan memudahkan dalam mengelola laporan transaksi usaha.
Fenomena hadirnya revolusi 4.0 dalam layanan aplikasi akuntansi perdagangan tentunya dapat menjadi solusi bagi kelompok usaha UMKM, sehingga proses pencatatan transaksi menjadi mudah. Namun, seharusnya juga diperlukan peran perguruan tinggi terkait dengan literasi akuntansi perdagangan. Sehingga setiap usahawan menyadari bahwa pencatatan yang tepat dapat meningkatkan potensi pendapatan usaha.
Dalam konteks ini, perguruan tinggi juga dapat mengambil peran dalam program pengabdian pada masyarakat terhadap literasi akuntansi perdagangan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi gap antara kelompok usaha yang paham terhadap teknologi dengan yang tidak paham teknologi. Dengan begitu, hadirnya revolusi 4.0 dapat menjadi berkah bagi UMKM.
*Ketua Prodi S1 Perbankan Syariah STEI Husnayain, Jakarta.
Editor: Tokohkita