Tokoh Batak Bentuk Yayasan Pelestari Kebudayaan Batak
YPKB awalnya bermula dari sebuah grup di media sosial yang fokus pada budaya Batak. Dalam berinteraksi sesama anggota di grup yang bernama Grup Palambok Pusu-pusu (GP3) menggunakan bahasa Batak (Toba).
TOKOHKITA. Menyadari budaya Batak yang kian tergerus, sejumlah tokoh yang perduli dengan budaya Batak, di Sumatera Utara (Sumut), membentuk Yayasan Pelestari Kebudayaan Batak (YPKB).
Uniknya, YPKB awalnya bermula dari sebuah grup di media sosial yang fokus pada budaya Batak. Dalam berinteraksi sesama anggota di grup yang bernama Grup Palambok Pusu-pusu (GP3) menggunakan bahasa Batak (Toba).
Salah seorang penggagas YPKB sekaligus pendiri GP3, Tansiswo Siagian mengatakan, YPKB merupakan usulan dari sesama anggota di GP3. Mengingat semakin intens dan banyaknya anggota, maka grup itu pun dibentuk secara legal dalam bentuk yayasan. "Sekarang ini anak - anak di kampung pun sudah tidak lagi menggunakan bahasa Batak. Kita khawatir, bahasa ini nanti akan punah," kata penulis sejumlah novel dalam bahasa Batak Toba ini seperti dikutip dari Gatra.com, Minggu (9/6/2019).
Tansiswo menambahkan, pengesahan legalitas YPKB sesuai Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Nomor AHU-0006629 AH.01.04.Tahun 2019 tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Yayasan Pelestari Kebudayaan Batak, tanggal 30 April 2019.
Ketua Umum YPKB Prof Dr Albiner Siagian menambahkan, pembentukan yayasan ini tentu saja tidak lepas dari kegelisahan terhadap kelestarian kebudayaan Batak di era modernisasi saat ini, yang akan mendapat tantangan.
YPKB juga akan memberikan penghargaan kepada lima orang yang dianggap berperan penting dalam pelestarian Batak. Kelimanya berkecimpung dalam musik, penenun, sosok yang bukan orang Batak tapi peduli budaya Batak, ahli dan peneliti serta sejarawan Batak. "Mereka kita nilai sebagai orang-orang yang selama ini tekun melestarikan kebudayaan Batak di tengah tantangan zaman yang semakin modern," kata Albiner.
Editor: Tokohkita