Andy Djava, Ketua Umum PWG Bogor Raya
Iket Kepala, Ciri Khas dari Rebo Nyunda
Pada masa lalu, sebenarnya iket dipakai dengan aturan-aturan yang baku, terkesan rumit dan susah dalam pemakaiannya. Hal tersebut memberikan makna bahwa setiap orang yang memakainya harus bersusah payah terlebih dahulu sebelum mendapatkan bentuk iket yang bagus.
TOKOHKITA. Ciri khas dari Rebo Nyunda yang tampak berbeda adalah penggunaan iket atau ikat kepala bagi pria. Sebagai tradisi warisan karuhun sejak jaman ‘baheula’ (dahulu kala) ia memiliki makna yang harus senantiasa dijaga. Iket dalam bahasa sunda sinonim dengan ikat dalam bahasa Indonesia yang bermakna ikatan.
Seseorang yang memakai ikat di kepalanya diharapkan memahami bahwa kepala manusia yang memiliki banyak keinginan dan dipenuhi dengan berbagai hawa nafsu dunia harus dibeungket agar tidak besar kepala (sombong).
Pada masa lalu, sebenarnya iket dipakai dengan aturan-aturan yang baku, terkesan rumit dan susah dalam pemakaiannya. Hal tersebut memberikan makna bahwa setiap orang yang memakainya harus bersusah payah terlebih dahulu sebelum mendapatkan bentuk iket yang bagus.
Susah payah dalam memakai ikat diyakini agar ia juga siap untuk bersusah payah dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan. Itulah kenapa komunitas adat di tatar Sunda tidak memberikan iket praktis kepada anak-anaknya.
Mereka memberikan iket segi empat agar ia dapat belajar dengan susah payah memakainya. Sehingga, dalam kehidupan sehari-hari generasi muda kita akan mau bersusah payah dalam menghadapi setiap cobaan dalam kehidupan.
Menurut Ketua Umum Paguyuban Pecinta Wayang Golek (PWG) Bogor Raya, Andy Djava, iket sendiri itu artinya ikat, atau mengikat. “Maksudnya mengikat semua potensi diri tubuh, jiwa, spirit. Artinya bahwa entitas potensi orang sunda itu “diiket” atau diikat dalam satu kesatuan, sehingga menjadi suatu pribadi atau personality kasundaan, yang silih asih, asah dan asuh,” terangnya di Bogor, Jumat (19/7/2019).
Artinya, baik ke dalam diri atau keluar diri (masyarakat dan lingkungannya), dalam wujud tekad, ucap dan lampah sehingga menjadi manusia yang cageur, bageur, bener, pinter sarta parigel. Cageur maksudnya sehat jasmani-rohani, bageur artinya baik dalam tekad, ucapan dan tindakan, dan bener artinya benar menurut diri, orang lain (masyarakat) serta hukum yang berlaku, pinter artinya cerdas, baik cerdas secara inetelktual, emosional dan spiritual.
Parigel artinya terampil, terampul atau skills. Tambah kang Andy, dalam banyak hal yang mengarah kepada profesional skills. Sehingga manusia sunda di sini adalah manusi sunda yang ‘ngindung ka waktu ngabapa ka jaman,’ yang bisa mengikuti perkembangan kekinian. Tidak hanya terpaku dan terpukau pada kejayaan Sunda di masa lalu, tapi visioner sekarang dan masa depan,” pungkasnya.
Editor: Tokohkita