Susan Herawati, Sekjen Kiara
Lebih dari 1.200 Keluarga Nelayan Terdampak Pencemaran Minyak Pertamina
- Beranda /
- Kabar /
- LINGKUNGAN /
- Jumat, 30 Agustus 2019 - 08:41 WIB
Pusat Data dan Informasi KIARA (2019) mencatat, lebih dari 1.200 keluarga nelayan terdampak pencemaran minyak ini.
TOKOHKITA. Kondisi masyarakat korban pencemaran minyak di perairan Karawang, Jawa Barat semakin parah. Fakta-fakta di lapangan menunjukkan setidaknya masyarakat pesisir, khususnya nelayan, di tujuh kecamatan terus mengalami kualitas penurunan kehidupan. Tujuh kecamatan yang dimaksud adalah Cibuaya, Tirtajaya, Pedes, Cilamaya Kulon, Batu Jaya, Pakis Jaya, dan Cilebar.
Pusat Data dan Informasi KIARA (2019) mencatat, lebih dari 1.200 keluarga nelayan terdampak pencemaran minyak ini. Situasi di lapangan terkini menunjukkan sejumlah keluarga nelayan merasakan sesak nafas parah, infeksi kulit, kepala pusing-pusing, dan batuk-batuk. Hal ini mereka rasakan sejak terjadinya pencemaran minyak yang telah sampai ke wilayah perairan mereka.
Susan Herawati, Sekjen KIARA menuturkan “Pada 28 Agustus 2019, ketebalan limbah di pesisir Desa Mekarjaya, Kecamatan Cibuaya mencapai 50 cm, menyebabkan masyarakat mengalami sesak nafas. Pagi ini, terdapat salah satu korban yang mengalami sesak nafas dan nyaris saja kehilangan nyawa. Artinya, limbah dari Pertamina ini sudah tidak lagi dianggap sebagai hal yang biasa, ini adalah kiamat industri bagi perairan Karawang.
Salah satu korban yang terdampak adalah Taso, merupakan perempuan nelayan Desa Bangun Jaya. Taso mengalami gatal-gatal (foto dibawah) pasca desanya terdampak limbah blow up. Selain dampak kesehatan, sektor ekonomi keluarga nelayan juga paling terpukul. Diperkirakan, 1.689 perahu terkena ceceran limbah. 5000 ha tambak udang dan bandeng yang dominan tersebar di 10 desa terpaksa dikeringkan mencegah limbah masuk, juga 108,2 ha tambak garam gagal panen.
Sebelum ada pencemaran, nelayan tangkap bisa mendapat penghasilan rata-rata Rp.350.000/ hari. Perempuan nelayan pengupas rajungan Rp.70.000/ hari, sementara pemilik warung ikan bakar di kawasan wisata mencapai Rp.2000.000 / hari, kemudian nelayan bagan tancap rajungan dan udang berpenghasilan Rp.1000.000 / hari.
Pemerintah, dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karawang menyatakan bahwa limbah menjadi berkah bagi nelayan karena mereka memiliki penghasilan. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Dinas Perikanan dan Kelautan Karawang, Abu Bukhori kepada JPNN.
“KIARA mengutuk keras pernyataan dari Sekretaris Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang, Bapak Abu Bukhori, semburan minyak ini bukan berkah tapi bencana besar bagi nelayan, perempuan nelayan, pesisir, laut dan masa depan bangsa. Seharusnya perkataan seperti itu tidak disampaikan di tengah perjuangan warga yang sedang berjuang membersihkan limbah dari lautnya,” ujar Susan dalam keterangan resminya, Jumat(30/8/2019).
Temuan di lapangan, tidak semua nelayan mampu dipekerjakan oleh Pertamina, terutama nelayan lanjut usia dan perempuan. Adapun yang telah di rekrut, proses pekerjaannya mesti menunggu giliran. Akibat tidak ada aktivitas perikanan, sejumlah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sepi transaksi. TPI berubah menjadi tempat penampungan limbah. Seperti TPI Pasir Putih dan TPI Pantai Pelangi.
Menanggapi hal ini, Sekretaris Jenderal KIARA, Susan Herawati, mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan masalah yang semakin hari semakin parah. “Kami menuntut pemerintah pusat untuk turun dan membereskan persoalan ini. Masyarakat terdampak semakin menderita akibat kecerobohan Pertamina,” tegasnya.
Tak hanya itu, Susan meminta Pertamina untuk segera membuka informasi kepada publik mengenai penyebab terjadinya kebocoran minyak di Perairan Karawang. Termasuk ketika pada tahun 2003 melakukan pengeboran sesmik di perairan Pasir Putih. Sebab, sejak aktivitas pengeboran tahun itu terjadi intrusi air laut. Hingga kini kondisi air berjarak sekitar 200 m dari bibir pantai menjadi asin, namun jarak ½ meter dari bibir pantai malah tawar.
“Lebih jauh, Pertamina harus segera melakukan pemulihan ekologis karena pencemaran telah menyebar sangat jauh ke Kepulauan Seribu. Di Karawang sendiri kawasan mangrove seluas 420 hektar telah tercemar, ” tukas Susan.
PT Pertamina (Persero) menargetkan penutupan sumur YYA-1 Blok ONWJ atau Offshore Northwest Java selesai pada akhir September nanti. Penutupan sumur untuk menghentikan tumpahan minyak di Perairan Karawang, Jawa Barat. Kebocoran gas disertai tumpahan minyak di Blok ONWJ terjadi sejak 12 Juli lalu. Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu berharap, penutupan sumur dapat dilakukan lebih cepat. “Kami ingin fokus penanggulangan, dari aspek sosial dan lingkungan," katanya dikutip dari katadata, Jumat (30/8/2019).
Karena itu, ia belum menghitung kerugian yang ditanggung perusahaan akibat kebocoran gas dan tumpahan minyak tersebut. Meski begitu, ia menegaskan bahwa perusahaan akan segera memberikan ganti rugi kepada masyarakat yang menjadi korban pencemaran. Sebab, verifikasi data penerima kompensasi memasuki tahap final. Hal itu mencakup perhitungan kerugian warga akibat hilangnya mata pencaharian.
Dharmawan menambahkan, perusahaannya berupaya untuk dapat menyelesaikan masalah lingkungan dan sosial akibat tumpahan minyak pada 2020. "Misalnya, penjual di pantai tidak bisa berjualan karena sepi, pada dasarnya untuk mata pencaharian," kata dia.
Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Hentikan Tumpahan Minyak, Pertamina Target Sumur Ditutup Bulan Depan" , https://katadata.co.id/berita/2019/08/29/hentikan-tumpahan-minyak-pertamina-target-sumur-ditutup-bulan-depan
Penulis: Fariha Sulmaihati
Editor: Desy Setyowati
Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Hentikan Tumpahan Minyak, Pertamina Target Sumur Ditutup Bulan Depan" , https://katadata.co.id/berita/2019/08/29/hentikan-tumpahan-minyak-pertamina-target-sumur-ditutup-bulan-depan
Penulis: Fariha Sulmaihati
Editor: Desy Setyowati
Data keluarga nelayan terdampak pencemaran minyak di perairan Karawang
NAMA KECAMATAN | JUMLAH KELUARGA NELAYAN |
Cibuaya | 101 |
Tirtajaya | 199 |
Pedes | 201 |
Cilamaya Kulon | 322 |
Pakis Jaya | 274 |
Batu Jaya | 11 |
Cilebar | 101 |
Jumlah | 1.209 |
Sumber: Pusat Data dan Informasi (2019) diolah dari BPS Kabupaten Karawang
Editor: Tokohkita