Komunitas Pelaut Senior
Jokowi Jangan Melupakan Visi Poros Maritim Dunia
Komunitas Pelaut Senior berharap sangat agar visi Poros Maritim Dunia Presiden Jokowi yang digunakan pada pemerintahannya lima tahun silam, hendaknya sampai bisa berlabuh di bandar tujuan. Atau sebaliknya, lebih baik tenggelam daripada kembali.
TOKOHKITA. Saat layar lebar yang terpasang disisi kiri panggung besar terbuka yang berada di posisi pintu masuk selatan Taman Monumen Nasional (Monas) dekat Patung Kuda Gedung Indosat Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Panggung yang menggelar Inaugurasi Pelantikan Presiden Jokowi, Minggu, 20 Oktober 2019, jam 15.30 WIB.
Menyuguhkan parade budaya Nusantara dan group band Zamrud yang sangat meriah serta mendapat applause luar biasa dari para Relawan Jokowi-Ma'ruf Amin, yang menyemut didepan panggung tersebut. Sebelum pagelaran parade budaya dan band Zamrud dimulai, screen shot layar lebar menayangkan siaran langsung dari Gedung Nusantara saat Sidang Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebelum Ir. H. Joko Widodo (Jokowi) dan Prof. Dr. KH Ma'ruf Amin dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden periode 2019-2024.
Di mata acara mengheningkan cipta, Juru Bicara Komunitas Pelaut Senior Teddy Syamsuri hadir di depan panggung sebagai Sekretaris Dewan Pembina Seknas Jokowi DKI, dengan khusu' turut menudukkan kepala untuk ikut mengheningkan cipta. Usai menyimak secara seksama pidato perdana Presiden Jokowi untuk periode keduanya melalui siaran yang di layar lebar itu, Dan setelah kembali ke markas Pelaut Senior di Jl. Raya Jatinegara Timur No. 61-65 Jakarta Timur 13310, menyampaikan rilisnya kepada pers (21/10/2019).
Belum hilang dari memori Teddy, saat mengingat pidato perdana Presiden Jokowi di periode pertamanya pada 20 Oktober 2014. "Presiden Jokowi mengambil salah satu pidato Bung Karno yang menyampaikan bahwa untuk membangun Indonesia menjadi negara besar, negara kuat, negara makmur, negara damai, kita harus memiliki jiwa 'Cakrawati Samudera'. Jiwa pelaut yang berani mengarungi gelombang dan hempasan ombak yang menggulung. Demikian Presiden Jokowi mengutipnya," tutur Teddy yang juga Ketua Umum Lintasan '66.
"Sebagai nakhoda yang dipercaya oleh rakyat, kemudian Presiden Jokowi mengajak semua warga bangsa untuk naik ke atas kapal Republik Indonesia. Kita akan kembangkan layar yang kuat. Kita akan hadapi semua badai dan gelombang samudera dengan kekuatan kita sendiri. Dan Presiden Jokowi akan berdiri dibawah kehendak rakyat dan konstitusi", lanjut juru bicara komunitas Pelaut Senior.
Bisa dikatakan pidato perdana Presiden Jokowi di periode pertamanya, telah mengutip istilah bahasa sansekerta 'Jalesveva, Jayamahe' atau 'Dilaut Kita Jaya'. Terkandung maksud untuk memompa semangat anak bangsa dalam visi Poros Maritim Dunia. Tujuannya agar kita hadir diantara bangsa-bangsa dengan kehormatan, dengan martabat, dengan harga diri.
Begitu idealnya niat Presiden Jokowi yang ingin kita menjadi bangsa yang bisa menyusun peradabannya sendiri. Bangsa besar yang kreatif, yang bisa ikut menyumbangkan keluhuran bagi peradaban global. Sayang, ungkap Teddy,pada pelantikan 20 Oktober 2019 itu, pidato perdana Presiden Jokowi nampaknya tidak lagi ada kata-kata yang menyinggung soal maritim sebagaimana pada lima tahun silam.
"Padahal Presiden Jokowi mengingatkan dalam dunia yang penuh iesiko, yang sangat dinamis dan yang kompetitif. Kita harus mengembangkan cara-cara baru, nilai-nilai baru yang jangan sampai terjebak dalam rutinitas yang monoton. Tentu dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) unggul yang memiliki jiwa 'Cakrawati Samudera', seperti SDM pelaut yang berani mengarungi gelombang dan hempasan ombak yang menggulung. Apakah Presiden Jokowi terlupa, atau karena tidak lagi didampingi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Wallahualam bhisowab," ujar dia.
Bersyukur ketika mengakhiri pidato perdana pada hari pelantikan, Presiden Jokowi sempat menutupnya dengan pribahasa orang Bugis, Sulawesi Selatan. "Pura Babbara' Sompekku, Pura Tongkisi' Golikku", yang artinya "Layarku sudah berkembang, kemudiku sudah terpasang, lebih baik tenggelam daripada kembali".
Presiden Jokowi mengajak kita bersama menuju Indonesia maju. Istilah pribahasa tadi yang lazim dikenal oleh para pelaut Bugis dari masa ke masa, agar bisa terpenuhinya ajakan Presiden Jokowi. Istilah itu juga mengilhami riwayat La Galigo, sebagai sebuah prinsip yang terus menerus dipegang oleh para pelaut Bugis saat mengarungi lautan.
"Sebab itu kami Komunitas Pelaut Senior berharap sangat agar visi Poros Maritim Dunia Presiden Jokowi yang digunakan pada pemerintahannya lima tahun silam, hendaknya sampai bisa berlabuh di bandar tujuan. Atau sebaliknya, lebih baik tenggelam daripada kembali. Ini adalah catatan pidato Presiden Jokowi di periode pertamanya, yang mudah-mudahan tidak dilupakan. Karena sangat benar, jiwa pelaut itu pemberani. Sehingga, eloknya tidak dijadikan inspirasi yang nasib pelaut Indonesia sendiri masih dirundung kesusahan dan penderitaan", pungkas Teddy.
Editor: Tokohkita