Rokhmin Dahuri
Sektor Budidaya Bisa Sumbang 2 Persen dari Pertumbuhan Ekonomi
Jika mengacu ke data FAO, ini berarti Indonesia memiliki kontribusi kurang lebih sekitar 18% produksi dunia. Namun jika melihat data produksi perikanan budidaya di Kepulauan Riau, kuantitas yang dihasilkan berbanding terbalik dengan kondisi geografis yang dimiliki dengan luas wilayah perairan lebih dari 90%.
TOKOHKITA. Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Koordinator Daerah Kepulauan Riau menyelenggarakan Seminar Nasional Perikanan Budidaya dan Deklarasi Kepengurusan MAI Korda Kepri yang juga dilanjutkan dengan penandatanganan MoU untuk kerjasama di bidang Pendidikan, Penelitian dan Sertifikasi antara Sekolah Tinggi perikanan Jakarta, Yayasan Lingga Terbilang dan MAI dengan
Précon Food Management BV, Belanda, di Hotel Harmoni One, Batam, Senin (21/10/2019)
Seminar nasional ini mengambil tema “Nyalakan Industri Akuakultur di Provinsi Kepulauan Riau” dengan tujuan untuk membangun sinergitas yang kuat antara para pelaku usaha, akademisi, birokrat dan stakeholder dalam mendukung optimalisasi produksi perikanan budidaya yang berkelanjutan, berkualitas tinggi dan produktif.
Seminar dibuka oleh Prof. Rokhmin Dahuri, selaku President MAI terpilih untuk periode 2019–2024 bersama sama Isdianto, Plt Gubernur Kepulauan Riau, M Soeryo Respationo, calon Gubernur Kepulauan Riau dan H. Alias Wello, sebagai bupati terpilih untuk Kabupaten Lingga yang memiliki perhatian penuh untuk pengembangan industri perikanan budidaya di Provinsi Kepulauan Riau.
Dalam sambutannya, Rokhmin mengatakan, jika seluruh teknologi perikanan terkini dapat dioptimalisasikan dengan baik, maka sektor perikanan budidaya dapat berkontribusi sebanyak 2?ri pertumbuhan ekonomi nasional. "Secara nasional, produksi perikanan budidaya yang diperoleh melalui data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan mengalami peningkatan, dari 9.67 juta ton di tahun 2012 hingga menjadi 16.7 juta ton di tahun 2016," katanya.
Menurut Pakar Ekonomi Maritim IPB ini, jika mengacu ke data FAO, ini berarti Indonesia memiliki kontribusi kurang lebih sekitar 18% produksi dunia. Namun jika melihat data produksi perikanan budidaya di Kepulauan Riau, kuantitas yang dihasilkan berbanding terbalik dengan kondisi geografis yang dimiliki dengan luas wilayah perairan lebih dari 90%.
Hal ini berdasarkan kepada angka kontribusi untuk produksi perikanan budidaya yang cukup kecil, hanya berkisar 3%-4?ri produksi perikanan budidaya nasional. Bahkan, data yang diperoleh untuk Kabupaten Natuna, dengan luas wilayah perairan mencapai 98%, produksi perikanan budidaya mengalami penurunan dari sekitar 2,500 ton di tahun 2014 menjadi hanya sekitar 750 ton di tahun 2015.
"Angka diatas seharusnya menjadi referensi utama bagi para pengambil kebijakan di Kepulauan
Riau untuk membuat rumusan yang tepat, sehingga gairah produksi perikanan budidaya atau akuakultur dapat ditingkatkan kembali," sebut Rokhmin yang juga Ketua DPP Bidang Kemaritiman PDI Perjuangan.
Yang terang, ada beberapa kesulitan utama dalam peningkatan hasil produksi di Provinsi Kepulauan Riau yang seharusnya menjadi perhatian bersama: Pertama, tidak adanya kawasan terintegrasi untuk produksi akuakultur. Kedua, minimnya pasokan benih dan pakan untuk kegiatan produksi. Ketiga, ketersediaan sumber daya manusia yang handal. Keempat, sertifikasi produk untuk menjamin mutu hasil perikanan yang belum dijalankan secara optimal.
Oleh karena itu, MAI Koordinator Daerah Kepulauan Riau bersama dengan para stakeholder, pengambil kebijakan, akademisi dan seluruh pelaku usaha hadir untuk menjawab tantangan dimaksud dan memberikan solusi aplikatif untuk masalah-masalah yang dihadapi guna mendukung program optimalisasi produksi perikanan budidaya di wilayah Kepulauan Riau.
Seminar nasional juga diisi oleh beberapa pembicara utama, diantaranya: Prof. Dr. Yushinta Fujaya (Universitas Hasanuddin) dengan judul presentasi: Budidaya Kepiting; Prospek Bisnis dan Keberlanjutannya. Kedua, Dr. Agung Dhamar Syakti, S.Pi., DEA (Universitas Maritim Raja Ali Haji) dengan judul presentasi: Kondisi Lingkungan Kepulauan Riau dalam perpektif Pembangunan Berkelanjutan. Ketiga, Ronald Van den Heuvel yang memberikan presentasi tentang BAUR project yang mengintegrasikan antara pendidikan jarak jauh dengan face to face education system untuk anak-anak nelayan di Kepulauan Riau. Keempat, Nuryanto, SH.MH (Ketua DPRD Tk-1 Batam) yang fokus pada pentingnya legislasi bidang maritim untuk mendukung industri perikanan budidaya di Kepulauan Riau.
Acara dimoderatori oleh Dr. Romi Novriadi, yang juga merupakan Wakil President MAI 2019–2024 dan alumnus S-3 bidang nutrisi dari Auburn University, Amerika Serikat. Di samping seminar nasional, acara juga diperkaya dengan pembacaan puisi: “Jikalau Laut Dinyalakan” karanan Abdul Karim Ibrahim untuk memperkuat semangat pembangunan perikanan budidaya.
Selain puisi, juga dilakukan penandatanganan MoU antara Précon Food Management BV, Belanda dengan Yayasan Lingga Terbilang, MAI dan Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta untuk peningkatan kerjasama di bidang Pendidikan, penelitian dan sertifikasi di bidang industri
akuakultur.
Editor: Tokohkita