Rokhmin Dahuri
Rohkmin dan Anton Bincang Santai di Coffe Festival
Dalam acara Bincang Kopi itu dikupas tuntas bagaimana strategi Indonesia memacu industri kopi nasional yang lebih produktif, efisien, berdaya saing, inklusif, dan berkelanjutan. Dari hulu (aspek budidaya perkebunan kopi), teknologi pemanenan, pengolahan, pengemasan, branding, dan pemasaran.
TOKOHKITA. Tokoh Nasional Inspiratif Prof.Rokhmin Dahuri Menjadi pembicara utama pada Bincang Kopi dalam Coffe Festival yang diselenggarakan oleh Lapak Kopi di Andalus City, Kota Cirebon, Minggu (3/11/2019). Adapun pembicara lainnya adalah Prof. Kim So-il, Guru Besar Daegu University yang kini menjabat senagai Sekjen Tourism Promotion Organization for Asia-Pacific Region; Dede Muharam (Dirut Lapakkopi.com), dan dr. Muhaman Asad (Ketua IDI Cirebon).
Hadir juga Anton Apriantono (Mantan Menteri Pertanian 2005 - 2009); Sekretaris Ditjen ASPASAF, Kemenlu H. Syafrudin (Presiden SCAI/Specialty Coffee Association Indonesia), dan Kris Ginting (Pakar Racik Kopi). Dalam acara Bincang Kopi itu dikupas tuntas bagaimana strategi Indonesia memacu industri kopi nasional yang lebih produktif, efisien, berdaya saing, inklusif, dan berkelanjutan. Dari hulu (aspek budidaya perkebunan kopi), teknologi pemanenan, pengolahan, pengemasan, branding, dan pemasaran.
Menurut Prof. Rokhmin, saat ini Indonesia merupakan produsen kopi terbesar keempat di dunia dengan volume produksi sekitar 700.000 ton/tahun. Sedangkan, produsen terbesar kopi di dunia adalah Brazil, sekitar 2,5 juta ton/tahun, diikuti Vietnam, 1,6 juta ton/tahun, dan Kolombia sekitar 1,2 juta ton/tahun.
AdapunnNilai ekspor kopi Indonesia pun baru US$ 1,2 miliar per tahun, jauh dibawah Brazil sekitar US$ 5 miliar/tahun, dan Vietnam sekitar US$ 2,5 miliar/tahun. "Dengan potensi luas lahan yang cocok untuk perkebunan kopi yang dimiliki harusnya Indonsia bisa menjadi produsen kopi terbesar kedua di dunia, menggeser Vietnam," ungkap Rokhmin.
Ketua DPP PDIP Bidang Kemaritiman ini bilang, hingga kini produktivitas perkebunan kopi Indonesia masih di bawah negara-negara produsen kopi utama dunia lainnya. Hal ini disebabakan karena hampir 90% perkebunan kopi di Indonesia dikelola secara tradisional (less technology and management), rantai tata niaga yang terlalu panjang, dan biaya logistik yang sangat mahal. "Sebab itu, ketiga aspek itu mesti segera dibenahi," sebut Rokhmin.
Editor: Tokohkita