Johan J Anwari
Semangat Hari Pahlawan dalam Jiwa Generasi Muda Saat Ini
Seberapa jauh setiap komponen bangsa ini mewarisi nilai-nilai kepahlawanan, yang melanjutkan perjuangan para pahlawan sesuai dengan bidang dan keahliannya masing-masing, mengisi kemerdekaan ini dengan prestasi dan karya demi mencapai bangsa Indonesia yang sejahtera adil dan makmur seperti yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.
Setiap tanggal 10 November, Bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. 10 November dipilih lantaran ketika itu atau tepatnya tahun 1945 pasukan tentara dan rakyat Indonesia melakukan perang pertama dengan pasukan asing, setelah dibacakanya teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Perang antara pasukan Indonesia dengan pihak asing tersebut menjadi sebuah pertempuran yang paling besar dan paling berat sepanjang sejarah Revolusi Nasional Indonesia. Kemudian, peristiwa ini dijadikan simbol nasional atas perlawanan Bangsa Indonesia terhadap kolonialisme dan menjadi legitimasi peran militer dalam perjuangan mempertahnkan kemerdekaan.
Kala itu, para pejuang hanya menggunakan beberapa pucuk senjata, selebihnya mereka menggunakan bilah bambu yang diruncingkan sebagai senjata andalan. Namun keadaan itu tidak menjadikan para pejuang kita gentar untuk bertempur melawan pasukan asing dengan persenjaan lengkap. Sehingga, dari fakta sejaran itu, nilai nilai kepahlawanan dan patriotisme tersemat dalam perjuangan mengusir kaum penjajah.
Bila kita membaca sejarah bangsa ini peristiwa peringatan Hari Pahlawan tidak bisa lepas dari pengaruh Resolusi Jihad yang difatwakan oleh kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Seperti dikutip dari situs NUonline, NU memiliki peran yang sangat penting dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Salah satu peran penting itu ketika Pendiri NU Hadratusyekh Hasyim Asy’ari mencetuskan fatwa yang mewajibkan warga negara dalam jarak tertentu untuk melawan pasukan Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Keluarnya fatwa ini dilatarbelakangi dari permohonan dari Presiden Soekarno pada tanggal 17 September 1945. Beliau meminta fatwa kepada Hadratusyekh Hasyim Asy’ari yang isi untuk melakukan perang suci atau jihad untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamirkan.
Maka dari itu, di tengah situasi yang memanas, pada 21-22 Oktober 1945, wakil-wakil dari cabang NU di seluruh Jawa dan Madura berkumpul di Surabaya. Dipimpin langsung oleh Kiai Hasyim, dideklarasikanlah perang kemerdekaan sebagai perang suci alias jihad. Nah, dari perjalanan sejarah ini, sebagai bangsa yang besar bangsa Indonesia harus menghargai jasa para pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan yang kita nikmati sekarang.
Yang terang, Bangsa Indonesia tidak akan melupakan jasa dan pengorbanan para pahlawan dengan rela mengorbankan hidupnya demi merebut dan mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia. Tanpa semua itu mungkin kita tidak akan menjadi negera seperti sekarang ini. Untuk itu kita harus terus mengenang dan menghargai perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa ini. Bangsa Indonesia mengarisbawahi bahwa kemerdekaan yang kita nikmati ini bukanlah hadiah dari penjajah, tapi hasil perjuangan dan pengorbanan jiwa dan raga para pahlawan bangsa.
Mereka telah berjuang dari mulai merebut hingga mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamirkan. Namun patut disayangkan kalau mutu dari peringatan Hari Pahlawan mulai turun dari tahun ke tahun terutama pada generasi mudanya. Hari pahlawan diperingati hanya sebatas seremonial belaka tanpa memghayati nilai-nilai kepahlawanan dan perjuangan yang dipesankan para pahlawan.
Seharusnya memperingati Hari Pahlawan disertai dengan meneladani nilai-nilai perjuangan para pendahulu negara ini. Peringatan Hari Pahlawan harus bisa melahirkan ide dan gagasan yang mentransformasikan semangat para pahlawan menjadi keuletan dalam bekerja dan berkarya guna mengisi kemmrdekaan dengan pembangunan. Semangat perjuangan pahlawan harus diteladani dalam mengatur strategi dan inovasi yang cerdas untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di kancah dunia internasional.
Untuk saat ini, negara membutuhkan generasi muda sebagai generasi penerus yang mempunyai jiwa patriotisme pantang menyerah, berdisiplin, juga berkarakter menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan di bidangnya. Generasi muda yang sadar kalau bangsanya memiliki keberagaman dalam agama, adat istiadat, budaya, dan suku. Namun mereka mampu memanfaatkan keberagaman itu sebagai modal sosial untuk menjadikan bangsanya unggul dalam pergaulan dunia internasional.
Bangsa ini juga membutuhkan generasi muda yang mempunyai pandangan global mampu berkolaborasi demi kemajuan bangsa, pandai memanfaatkan perkembangan teknologi untuk menjadikan bangsa ini diperhitungkan dalam persaingan dunia internasional. Pada saat ini bangsa Indonesia membutuhkan generasi muda yang berjwa kokoh dengan memilik jati diri yang baik. Selain itu generasi muda yang memiliki karakter lokal yang luhur, percaya diri dan peka terhadap permasalahan sosial sehingga mampu terlibat dalam usaha-usaha kesejahteraan sosial, memberikan pelayanan sosial bagi mereka yang membutuhkan pertolongan sosial.
Pada peringatan Hari Pahlawan tahun ini, mari kita jadikan sebagai sebuah momentum bagi bangsa ini untuk melakukan introspeksi diri. Seberapa jauh setiap komponen bangsa ini mewarisi nilai-nilai kepahlawanan, yang melanjutkan perjuangan para pahlawan sesuai dengan bidang dan keahliannya masing-masing, mengisi kemerdekaan ini dengan prestasi dan karya demi mencapai bangsa Indonesia yang sejahtera adil dan makmur seperti yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.
Penulis adalah Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat (Jabar), Sekretaris Umum GP Ansor Jabar dan Wakil Ketua DPD KNPI Jabar
Editor: Tokohkita