Rokhmin Dahuri
Bicara di Forum NEXT SUMMIT Dubai, Belt and Road Initiative Jangan Ulangi Kesalahan Ekonomi Kapitalis
- Beranda /
- Kabar /
- Internasional /
- Rabu, 27 November 2019 - 01:32 WIB
Rokhmin menyampaikan pidato berjudul “Enhancing a Mutual Cooperation in Economic Development Among the Belt and Road Countries for a Prosperous, Peaceful and Sustainable World”.
TOKOHKITA. Prof. Rokhmin Dahuri menjadi salah satu pembicara dalam NEXT SUMMIT dengan tema “Options at the Crossroads” di Dubai World Trade Center, Senin (24/11/2019). Rokhmin menyampaikan pidato berjudul “Enhancing a Mutual Cooperation in Economic Development Among the Belt and Road Countries for a Prosperous, Peaceful and Sustainable World”.
Adapun agenda ini dihadiri oleh sekitar 500 peserta dari 60 negara yang tergabung dalam Belt and Road Initiative. Keynote speech disampaikan oleh Mr. Ban Ki-Moon, Mantan Sekjen PBB dan Dr. Essam Sharaf, Mantan Perdana Menteri Mesir. Pembicara lain dari Indonesia adalah Dr. Bomer Pasaribu, Mantan Menteri Tenaga Kerja, Dr. Rijal Permana (Bappenas), Dr. Gatot Dwianto (Kemenristek), dan Yugi Parjanto (Waketum KADIN).
Dalam pemaparannya, Rokhmin menyampaikan tiga hal. Pertama, bahwa sistem (paradigma) ekonomi konvensional (Kapitalisme) sejak Revolusi Industri Pertama tahun 1750-an memang telah berhasil memacu pertumbuhan ekonomi rata-rata sekitar 4 persen per tahun, dan meningkatkan PDB Dunia dari US$ 0,45 triliun pada tahun 1753 menjadi US$ 90 triliun di tahun 2015.
Kemajuan IPTEK yang pesat juga membuat kehidupan manusia lebih sehat, cepat, efisien, mudah dan nyaman. Namun, hingga saat ini sekitar 1 miliar penduduk dunia masih hidup dalam kemiskinan absolut yakni pengeluaran lebih kecil dari US$ 1,25 per hari, dan sekitar 3 miliar warga dunia masih hidup miskin dengan pengeluaran kurang dari US$ 2 per hari.
Menurut Guru Besar IPB ini, kesenjangan antara penduduk kaya vs miskin pun kian melebar, baik antarnegara maupun di dalam suatu negara. Pertumbuhan ekonomi selama 250 tahun pun telah mengakibatkan terkurasnya SDA, pengikisan biodiversitas, pencemaran, dan pemanasan global. "Itu semua membuat keberlanjutan (sustainability) ekosistem alam (bumi) dan pembangunan ekonomi terancam," ungkap Rokhmin.
Oleh karena itu, dunia masih memerlukan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, inklusif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Untuk itu, sistem ekonomi Kapitalisme harus diganti dengan sistem ekonomi yang lebih efisien, hemat dan tidak merusak lingkungan hidup. "Selain itu, sistem ekonomi yang baru harus dapat mendistribusikan kue pertumbuhan ekonomi untuk mensejahterakan suluruh warga dunia secara berkeadilan dan berkelanjutan," terangnya.
Kedua, Belt and Road Initiative yang digagas oleh pemerintah Tiongkok untuk kesejahteraan, perdamaian dan keberlanjutan masyarakat dunia tidak boleh mengulangi kesalahan sistem ekonomi Kapitalisme (Barat).
Ketiga, Rokhmin memaparkan peluang kerjasama yang saling menguntungkan (win win) dan saling menghormati antara Indonesia dengan Tiongkok, Uni Arab Emirates, dan negara-negara lain yang tergabung dlm Belt and Road Initiative. "Kerjasama itu meliputi: pendidikan, R&D, pembangunan kawasan industri ramah lingkungan, ekonomi maritim, industri 4.0, pariwisata, pembangunan infrastruktur, dan perdagangan," tukas Ketua DPP PDIP Bidang Kemaritiman ini.
Editor: Tokohkita