Marwan Jafar
Perbaikan Kurikulum Mesti Bertahap
- Beranda /
- Parlemen Kita /
- Rabu, 8 Januari 2020 - 21:25 WIB
Kalangan guru dan banyak sekolah, sampai hari ini masih banyak yang sedang menyesuaikan diri dengan Kurikulum 2013, karena pengaruh kurikulumnya juga serta faktor keterbatasan teknologi informasi yang menjadi hambatan.
TOKOHKITA. Pada saat peringatan Hari Guru 2019 lalu, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim berpidato menyoroti banyak masalah pendidikan, salah satunya menyinggung kurikulum pendidikan yang katanya 'menghalangi petualangan' para guru.
Apakah dengan demikian ini sinyal kurikulum akan diganti lagi? Sontak, sejumlah kalangan merespon masalah cukup peka tersebut. Terkait hal ini, Mendikbud baru memang mesti hati-hati. Maksudnya, jangan sampai kesan ganti menteri ganti kurikulum malah menjadi polemik berkepanjangan dan tanpa solusi konkrit.
Anggota DPR RI Marwan Jafar mengkritisi persoalan itu di sela masa reses kepada media di Jakarta, Rabu (8/1/2020). Ia meenyebutkan, sekurangnya lima tahun terakhir ini sekolah-sekolah masih menanggung beban buat merealisasikan dua kurikulum, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurkikulum 2013 (K-13).
"Kalangan guru dan banyak sekolah, sampai hari ini masih banyak yang sedang menyesuaikan diri dengan Kurikulum 2013, karena pengaruh kurikulumnya juga serta faktor keterbatasan teknologi informasi yang menjadi hambatan," umantan Menteri Desa dan PDTT.
Menurut hemat dia, dari sisi para guru selain masih perlu penguatan kompetensi, maka faktor yang harus menjadi pegangan adalah kepastian kurikulum yang berkelanjutan atau kurikulum komprehensif untuk menjawab kebutuhan pendidikan ke depan. Marwan yang juga mantan Ketua Fraksi PKB di DPR RI ini berpendapat, sebaiknya Mendikbud baru tidak sampai mengganti kurikulum pendidikan.
Mengapa demikian? Sebab, boleh jadi yang perlu dilakukan adalah menyesuaikan kurikulum secara kritis dengan perkembangan jaman dan aspek teknologinya. Selain itu, mulai aspek sosialisasi sampai penerapan sebuah kurikulum pendidikan dipastikan memakan waktu dan biaya banyak. Maksudnya, mungkin yang penting tidak mengubah, tapi lebih memerlukan penyesuaian dari beban administratif yang padat dari kurikulum sekarang.
Yang terang, penyederhaan metode juga bisa dilakukan, terutama terkait kerumitan birokrasi dan administrasi berhubung banyak dikeluhkan para guru, yang mana sebagian dari meraka juga masih punya ideaisme, inovatif, dan kreatif.
"Intinya jangan serampangan lah mengganti kurikulum, karena buat mengeksekusinya tidak gampang. Sekali lagi itu terkait banyak faktor yang harus dilihat dengan kepala dingin. Yang pasti, perbaikan kurikum harus ada sosialisasi, tahap demi tahap, bukan langsung mendadak. Sebab, kalangan pelaksana yang di bawah bakal kalang kabut kalau tidak ada persiapan dan perencanaan yang matang," tukas Marwan.
Laporan: Zaenal Wafa
Editor: Tokohkita