Membangun Ekosistem Kemandirian Ekonomi Pesantren
Fungsi pemberdayaan dalam konteks sosial ekonomi tentunya adalah untuk mencapai kemandirian ekonomi. Hal ini menjadi peluang dan sekaligus tantangan pesantren yang diamanahkan Undang-undang (UU) Nomor 18 tahun 2019 tentang Pesantren.
TOKOHKITA. Pesantren sebagai subkultur, memiliki kekhasan yang telah mengakar serta hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dalam menjalankan fungsi pendidikan, fungsi dakwah, dan fungsi pemberdayaan masyarakat.
Fungsi pemberdayaan dalam konteks sosial ekonomi tentunya adalah untuk mencapai kemandirian ekonomi. Hal ini menjadi peluang dan sekaligus tantangan pesantren yang diamanahkan Undang-undang (UU) Nomor 18 tahun 2019 tentang Pesantren.
Tepat setahun UU Pesantren disahkan, Kamis (4/09/2020) Ansoruna Business School – PW GP Ansor Jawa Timur dan Pusat Pengembangan Masyarakat Pesantren (P2MP) Unira Malang menghelat Pesantren Talk Series #4 dengan tema “Membangun Ekosistem Kemandirian Ekonomi Pesantren.”
Abdillah Ubaidi selaku moderator Pesantren Talk Series #4 mengatakan bahwa Jawa Timur sebagai salah satu lokomotif ekonomi nasional dengan resources pesantren yang ada perlu membangun road map ekosistem kemandirian ekonomi pesantren sebagai role model ekonomi baru yang berbasis pada kekuatan ekonomi pesantren.
Dalam prolognya, Pengurus Ansoruna PW GP Ansor Jawa yang juga dosen FEB Unira Malang ini menyampaikan tentang ekosistem, atas 4 dimensi: koneksitas sumber daya (resources), sinergi aktivitas (activities), adanya nilai tambah (value-added) dan adanya value-capture.
Pesantren Talk Series #4 ini dibuka oleh H. Syafiq Syauqi, LC. Ketua PW GP Ansor Jawa Timur. “Pesantren-pesantren harus mampu melakukan kapitalisasi atas aset-aset yang dimiliki sehingga memiliki daya saing yang berkelanjutan, karena perlunya membangun ekosistem,” ungkap Gus Syafiq panggilan akrabnya.
Masih menurut Gus Syafiq, terbangunnya ekosistem kemandirian ekonomi pesantren harus ada campur tangan pemerintah, pemerintah harus hadir dalam hal ini.
Pesantren Talk Series #4 dilanjutkan pemaparan 3 pembicara, yaitu (1) Dr. H. Emil Elistianto Dardak, M.Sc, Wakil Gubernur Jawa Timur dengan paparannya tentang “Ekosistem Ekonomi Pesantren Jawa Timur sebagai Kekuatan Ekonomi Baru Nasional.” (2) Dr. Helmi Muhammad, SE.MM, Santripreneur, owner NAIMA Food yang juga Wakil Rektor II Unira Malang dengan paparannya tentang “Santripreneur dan Ekosistem Ekonomi Pesantren.” (3) Dr. Abdullah Hamid, M.Pd, Pengurus RMI PBNU, Founder Dunia Santri Community, Co-Founder pesantren.id, Dosen UINSA) dengan paparan yang disampaikan tentang “Membagun Sinergisitas Potensi Pesantren Berbasis Market Place.”
Dr. H. Emil Elistianto Dardak, M.Sc memaparkan pentingnya sinergi dalam membangun kemandirian ekonomi pesantren. Dengan program OPOP (one pesantren one product), Jawa Timur serius dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat berbasis pesantren melalui pemberdayaan santri, pesantren dan masyarakat sekitar pesantren.
“Pentahelix collaboration, sungguh diperlukan. Karenanya Ansoruna dan Unira Malang, adalah salah satu mitra OPOP yang harus bergerak, sebagai percontohan misalkan menciptakan communal branding, satu brand untuk produk dalam satu wilayah,” ungkap Emil.
Emil menambahkan, communal branding produk koperasi pesantren akan meningkatkan daya saing. Hal ini dikarenakan satu brand ini akan mempermudah upaya pengembangan produk, misalnya standarisasi dan pemasaran produk terutama dalam volume besar.
Pembicara kedua, Dr. Helmi Muhammad, SE.MM menyampaikan best practice ekonomi pesantren Sidogiri. Santripreneur berkonsep dari santri, oleh santri dan untuk santri. “Konsep santripreneur ini menguatkan kemandirian ekonomi pesantren dengan sistem jejaring Sidogiri Network Forum,” ungkap Helmi.
Helmi menambahkan, perlunya mitigasi risiko dalam bisnis. Sehingga diperlukan 4 kemampuan, yaitu Kemampuan menghadapi masalah atau Kecerdasan berjuang (adversity intelligence), kemampuan yang kuat dalam berinteraksi dengan lingkungan ruhaniah (spiritual intelligence), kemampuan yang kuat dalam berinteraksi dengan lingkungan horisontal (emotional intelligence), dan kemampuan dalam memahami peristiwa qalbu dan inderawi (intellectual intelligence).
Dr. Abdullah Hamid, M.Pd menjelaskan terkait road map Membangun Sinergitas Potensi Pesantren Berbasis Market Place sebagai sebuah Prinsip Ukhuwah Ma’hadiyah.
“Langkah-langkahnya adalah pemetaan dan assessment, mengkreasi produk yang handal dan kompetitif, membuat kurasi, digitalisasi dengan membuat catalog produk, packing agar kemasan produk rapi dan good looking dan membuat branding,” jelas Hamid.
Musaffa’ Safril, Wakil Ketua Bid. Ekonomi, Koperasi dan Pengembangan UKM PW GP Ansor Jawa Timur menambahkan bahwa terkait membangun ekosistem kemandirian ekonomi pesantren, diperlukan menyatukan kekuatan para stakeholder pesantren. “Stakeholder pesantren memiliki kesamaan pandang, bahwa ekonomi berbasis ekosistem pesantren harus berdaya saing dan berkelanjutan,” pungkas Safril yang juga Koordinator Ansoruna Business School Jawa Timur.
Editor: Tokohkita