Hubungan Badan Minta Duluan, Ngapain Malu Sista?
- Beranda /
- Kabar /
- Gaya Hidup /
- Jumat, 25 September 2020 - 22:29 WIB
Supaya tidak lagi malu ketika membicarakan seks, Sista harus berani membahas hal tersebut dengan suami. Perbaiki komunikasi seksual, ungkap keinginan saat melakukan eksplore tubuh, jangan malu karena kalian membicarakan itu dengan suami.
TOKOHKITA. Hubungan badan merupakan kebutuhan seksual yang harus terpenuhi, bagi mereka yang sudah sah bersatu dalam ikatan yang resmi. Kedudukannya begitu penting untuk mewarnai aspek kehidupan pernikahan, walaupun tidak semua orang menjadikannya sebagai prioritas. Namun, bagi sebagian orang seks adalah kegiatan yang sangat penting.
Banyak orang yang masih salah memahami antara seks dan seksualitas. Seks merupakan hubungan badan antara laki-laki dan perempuan, sedanngkan seksualitas jika dikaji lebih luas, maka hubungannya menyangkut berbagai dimensi biologis, sosial, psikologis dan kultural.
Kita tidak akan membahas hal tersebut lebih jauh, sampai saat ini masih banyak orang yang tabu untuk membicarakan soal seks. Bahkan sebagian orang masih ada yang malu, meskipun mereka sudah berstatus suami istri. Jika tidak dibenahi komunikasi seksual-nya, pastilah akan terjadi pergesekan dalam rumah tangga yang berujung pada pelampiasan jajan di luar ataupun mencari kesenangan di dunia maya.
Biasanya dalam urusan ranjang, wanita cenderung lebih banyak diam, karena tidak mau dianggap liar jika bicara soal seks. Walau ada penjelasan kalau wanita mempunyai nafsu lebih besar dari pada pria, karena rasa malunya yang terlampau lebih besar itu mampu menahan keinginannya untuk meminta terlebih dahulu.
Disini para suami harus memiliki kepekaan tingkat tinggi, jika tidak mau tidur diberikan jatah punggung oleh istri. Biasanya wanita lebih banyak memberikan kode ketibang bicara langsung untuk meminta hubungan badan. Kalau tidak merayu, bersikap romantis, bisa juga mereka mepet mepet manja, bahasa awamnya ndlosor kaya kucing malu-malu pada suami.
Lantas kenapa masih malu untuk meminta duluan sista? Bukankah menyenangkan suami itu bisa menjadi ladang pahala dan ibadah? Selain dari sisi agama, secara psikologis suami pun akan senang jika ditawarkan duluan. Rasa lelah setelah bekerja akan hilang seketika, jika puas kebutuhan biologis pria bisa lebih bersemangat untuk beraktifitas. Hubungan kalian pun akan semakin menghangat, jika terjalin keharmonisan saat bercinta.
Supaya tidak lagi malu ketika membicarakan seks, Sista harus berani membahas hal tersebut dengan suami. Perbaiki komunikasi seksual, ungkap keinginan saat melakukan eksplore tubuh, jangan malu karena kalian membicarakan itu dengan suami. Seperti kita berobat ke dokter, bukankah kita selalu terbuka dengan apa yang kita rasakan untuk kemudian diberikan obat sebagai penyembuh. Begitu juga dengan hal seksual, Sista wajib terbuka pada suami sebab tidak semua pria peka dengan kode yang Sista berikan.
Terlebih jika karakter pasangan dingin dan tidak romantis, maka jangan berharap doi bisa mengerti. Seks itu harus bisa memberi dan menerima. Kalau hubungan seksual sudah baik, maka apapun yang terjadi di ranjang nanti akan mengikuti dengan sendirinya. Para suami kalian pun harus mau mendengar baik permintaan ataupun keluhan istri, jangan merasa terlukai keperkasaanmu karena istrimu juga berhak mendapatkan kepuasan.
Memang, membicarakan soal seks memerlukan juga adab secara bahasanya. Tapi, jika pasangan merasa nyaman dan tidak masalah why not? Dari pada sharing dengan orang lain yang tidak dikenal, apalagi dari dunia maya yang jelas tidak baik. Apalagi dengan lawan jenis, sudah pasti menimbulkan bibit perselingkuhan pada akhirnya, lebih baik memperbaiki yang ada saja selama itu bisa dilakukan.
TS jadi inget Dokter Boyke pernah bilang, seks bukan soal berapa lama kuat diatas ranjang. Tapi bagaimana kualitas hubungan seksual itu sendiri, mencakup kepuasan pasangan. Walau durasi lama, tapi tidak memuaskan masing-masing kalian cuma dapat lelah aja. Berarti sangat penting bukan, tentang seks ini come on gaes waktu telah berubah.
Narasi @ummusaliha-Kaskus
Editor: Tokohkita