Reni Suwarso: Afifah Mendobrak Tradisi Patriarki di Pilkada Depok
Bila melihat sejumlah daerah lain pemimpinnya adalah perempuan. Sebut saja Wali Kota Surabaya, Risma, dengan feminismenya mampu membangun daerah yang dipimpinnya. Reni juga menilai, Afifah memiliki modal dasar untuk maju mencalonkan diri menjadi pemimpin. Yakni modal sosial, politik, dan ekonomi.
TOKOHKITA. Dalam Pilkada Depok 2020, ada wajah baru, yakni tampilnya tokoh perempuan, sehingga bisa dibilang menjadi pendobrak dalam tradisi patriarki dalam suksesi kepemimpinan lokal ini. Adalah Afifah Alia merupakan perempuan pertama yang maju dalam Pilkada Depok sebagai calon wakil wali kota mendamping calon wali kota Pradi Supriatna.
Majunya Afifah di pesta demokrasi di Kota Depok tersebut mendapat tanggapan dari staf pengajar Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia (UI) Reni Suwarso. Reni menyebutkan bahwa Afifah adalah sosok pendobrak tradisi politik di Kota Depok.
Afifah merubuhkan tradisi patriarki Pilkada Depok yang selama ini didominasi laki-laki. “Sudah 20 tahun Pilkada di Depok, calon selalu laki-laki. Kemudian seorang perempuan masuk, ini mendobrak tradisi patriarki di Depok,” kata Reni, Rabu (21/10/2020).
Bila melihat sejumlah daerah lain pemimpinnya adalah perempuan. Sebut saja Wali Kota Surabaya, Risma, dengan feminismenya mampu membangun daerah yang dipimpinnya. Reni juga menilai, Afifah memiliki modal dasar untuk maju mencalonkan diri menjadi pemimpin. Yakni modal sosial, politik, dan ekonomi.
Reni mengatakan, modal politik Afifah adalah menorehkan achievement luar biasa, ketika memperoleh posisi ketiga suara terbanyak, di Dapil IX Jawa Barat, (Sumedang, Majalengka, Subang). “Baru beberapa bulan diterjunkan di dapil itu dapat memperoleh suara terbanyak, itu luar biasa. Artinya dia punya sesuatu dalam dirinya yang bisa disosialisasikan ke masyarakat,” ujarnya.
Kemudian, Afifah yang keturunan Arab-Betawi ini warga Nahdliyin, besar dalam lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) di Depok. “Kedua hal tersebut menjadi modal politiknya,” ucapnya.
Secara sosial, Afifah aktif diberbagai organisasi bisnis maupun komunitas pengusaha. Saat ini menjabat sebagai Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Kota Depok Periode 2019-2024. “Modal sosialnya cukup untuk turun ke lapangan, dengan pengalaman yang dimilikinya diberbagai organisasi,” lanjutnya.
Untuk modal ekonomi, ini yang menurut Reni Suwarso sangat penting. Afifah berasal dari kalangan pengusaha dibidang properti. Bahkan, dikatakan sebagai calon terkaya, dalam Pilkada Depok, mengalahkan tiga saingan laki-lakinya. “Bahkan dalam laporan tersebut tidak ada utang,” ujarnya.
Artinya, mampu memodalkan dirinya sendiri untuk maju dalam Pilkada Depok. Bisa saja Afifah tidak menggunakan investor, ini malah lebih baik karena akan tidak ada beban ketika maju. “Ini lebih realistis, maju dengan modal sendiri, ketika menang tidak punya tanggung jawab dengan investor dan dapat mengabdi untuk masyarakat,” tuturnya.
Profil singkat
Nama Afifah Alia mulai dikenal di masyarakat Depok karena digadang-gadang bakal maju di Pilkada Depok. Perempuan kelahiran 16 November 1975 yang tinggal di Pesona Khayangan Depok ini, beberapa kali terekspos media saat menyalurkan bantuan sosial kepada warga yang terdampak pandemi virus corona (Covid-19).
Memang, Afifah menunjukkan keseriusannya sebagai salah satu kontestan di Pilkada Depok 2020 dari PDI Perjuangan. Tak heran, wajahnya terpang pada spanduk dan billboard di sejumlah ruas jalan di Depok, selain melakukan sosialisasi ke masyarakat langsung dalam berbagai kegiatan.
Kini, Afifah dikabarkan sudah mendapat restu dari Megawati untuk maju dalam Pilkada Depok berpasangan dengan Pradi Supriatna, kader dari Partai Gerindra, yang saat ini masih menjabat sebagai Wakil Wali Kota Depok, yang pada Pilkada 2015 lalu, berpasangan dengan Idris Abdul Shomad, Wali Kota Depok sekarang.
Selama ini sosok perempuan berjilbab ini juga dikenal sebagai pengusaha properti. Belakangan, aia terjun ke kancah politik dan mencalokan diri sebagai salah satu calon legislatif (caleg) dalam Pemilu 2019 tingkat DPR-RI pada 17 April 2019 lalu.
Caleg nomor urut 5 dari PDI Perjuangan ini mewakili daerah pemilihan Jawa Barat IX. Sayang, masih gagal untuk melenggang ke Senayan. Jebolan Sarjana Teknik Universitas Pancasila itu tercatat sebagai CEO PT Perdana Satya Bhakti, juga berkiprah di Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi), yang merupakan sayap Islam PDI Perjuangan, yakni sebagai Ketua Bamusi Kota Depok.
PENDIDIKAN
S1 Universitas Pancasila
KARIR
CEO PT Perdana Satya Bhakti, Ketua Bamusi Kota Depok.
Editor: Tokohkita