Ningworo: Sudah Saatnya Perempuan Depok Tunjukan Kapasitas dan Potensi
Sejatinya Afifah terlahir bukan dari keluarga politisi. Tapi, dia berani membuat gebrakan. Tujuannya satu: ingin membangkitkan Kota Depok. "Pilkada Depok 2020 adalah monentum bangkitnya perempuan Depok. Tunjukan kapasitas dan kemampuannya untuk lakukan perubahan benahi Depok," tegas Ningworo, Ketua Barisan Independen Nasional (Barinas).
TOKOHKITA. Jika dibandingkan dengar daerah tetangga yang usianya lebih muda dari Depok, misalnya Kota Tangerang Selatan, Depok bisa dibilang tertinggal dalam berbagi segi termasuk pembangunan infrastruktur. Sebab itu ke depan, perlu ada terobasan untuk percepatan pembangunan di Kota Depok.
Nah, Pilkada Depok 2020, menjadi ajang pembuktian bagi pemimpin selanjutnya dalam membangun kota ini. Dan berbeda dari pilkada sebelumnya, kini muncul sosok perempuan yang siap tampil dalam membenahi Kota Depok. Banyak perempuan kaya, pengusaha, aktivis di Depok. Tetapi perempuan yang berani calonkan sebagai pimpinan Daerah Depok cuma satu: Afifah Alia!
Sejatinya Afifah terlahir bukan dari keluarga politisi. Tapi, dia berani membuat gebrakan. Tujuannya satu: ingin membangkitkan Kota Depok. "Pilkada Depok 2020 adalah monentum bangkitnya perempuan Depok. Tunjukan kapasitas dan kemampuannya untuk lakukan perubahan benahi Depok," tegas Ningworo, Ketua Barisan Independen Nasional (Barinas).
Pada suatu kesempatan dialog dengan warga maupun media, Afifah acap ditanya: Mengapa ingin benahi Depok? Afifah, yang berlatar belakang pengusaha, selalu menjawab karena Depok adalah kota penyangga Jakarta. Depok belum siap infrastruktur untuk menangkap limpahan pertumbuhan ekonomi Jakarta. Tidak seperti Bekasi dan Tangerang Selatan. Depok birokrasinya lambat, perizinan lama terkesan berbeli-belit. Sehingga investor kurang tertarik berinvestasi di Depok.
Disisi lain, Afifah jelaskan, peninggalan sejarah dan budaya, yang merupakan warisan warga Depok. Dia mencontohkan seperti Depok sebenarnya kota Setu. Tetapi kurang difungsikan maksimal, misal tempat wisata, malah dialihkan fungsinya. Ini sangat memprihatinkan.
Ningworo, lebih lanjut mengatakan dengan sentuhan perempuan diharapkan Depok menjadi kota yang indah dan nyaman bagi warganya. Saat kunjungan di salah satu RW, mengapa birokrasi di Depok lambat, dan apa ibu mampu benahi penyebab birokrasi yang bertele-tele selama ini.
"Birokrasi di Depok harus bersih, tidak ada Korupsi, tindak tegas pejabat yang salah gunakan jabatan. Itu komitmen saya dengan Bang Pradi," tegas Afifah.
Afifah melihat walaupun sudah ada pelayanan terpadu satu atap tapi tidak berjalan. Indikasinya perizinan masih lambat. Ini terjadi antara lain karena tidak ada tolok ukur lamanya penyelesaian dokumen, berapa hari, berapa jam. "Prosedur yang dilalui masih panjang, yang seharusnya bisa diperpendek.
Kemudian, pembiaran tidak ada tindakan atau sanksi yang tegas atas lamanya perizinan," demikian Afifah menguraikan.
Menurut Ningworo, dirinya selama delapan bulan mendampingi Afifah dan menyaksikan progres yang sangat cepat dalam penguasaan di birokrasi, dan sudah terdeksi titik titik pelayanan publik yang harus dibenahi. Ningworo, juga selaku aktivis perempuan, menyatakan sejak lama, kesetaraan gender sudah tidak menjadi isu yang tabu lagi. Tak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam segala aspek.
Begitu pun dengan hal kepemimpinan. Jangan meragukan kepemimpinan wanita. Wanita sebagai pendengar yang baik. Hanya wanita yang dianugerahi naluri yang kuat untuk mendengarkan dan berbicara memakai hati. Ini yang membuat wanita lebih baik menjadi pemimpin, karena sangat mendengar aspirasi warganya. "Sudah saatnya perempuan Depok tunjukan kapasitas dan potensinya," tegas Ningworo.
Editor: Tokohkita