Sony Rachmadi Purnomo
Implementasi ERP Lintas Sektor Percepat Upaya Transformasi Digital
Tantangan implementasi solusi ERP di berbagai lintas sektor usaha saat ini adalah stigma bahwa ERP hanya dapat diterapkan di industri manufaktur.
TOKOHKITA. Startup penyedia solusi ERP terintegrasi asal Indonesia RUN System menilai implementasi sistem enterprise resource planning (ERP) di berbagai sektor usaha dengan skala menengah hingga korporasi dapat mendorong upaya percepatan transformasi digital Indonesia di tengah kontraksi perekonomian bangsa.
Badan Pusat Statistik menyebut pertumbuhan ekonomi 2020 mengalami kontraksi -2,07 persen sehingga Produk Domestik Bruto atau PDB per kapita RI turun dari Rp59,1 juta pada 2019 menjadi Rp56,9 juta pada tahun 2020.
Di sisi lain, pandemi sendiri telah dianggap menjadi ‘agen transformasi digital’ yang efektif di sektor kesehatan, keuangan, dan pendidikan selama tahun 2020 karena banyak pelaku bisnis dituntut untuk beradaptasi dengan situasi ‘new normal’. Salah satu bentuk digitalisasi di korporasi adalah dengan implementasi sistem ERP yang memberikan kemudahan, fleksibilitas, dan skalabilitas dalam manajemen operasional perusahaan.
Presiden Direktur RUN System, Sony Rachmadi Purnomo mengatakan tantangan implementasi solusi ERP di berbagai lintas sektor usaha saat ini adalah stigma bahwa ERP hanya dapat diterapkan di industri manufaktur. “Padahal solusi ERP dari perusahaan lain seperti ‘SAP’ dan ‘Oracle’ pun diadopsi oleh industri non-manufaktur seperti perbankan, agribisnis, perhotelan, dan industri lainnya.”
Sony mencontohkan salah satu upaya RUN System dalam implementasi ERP di sektor non-manufaktur misalnya adalah di industri pariwisata dengan dukungan terhadap Taman Wisata Candi (TWC), yang mengadopsi sistem ERP guna mempermudah konsolidasi arus kas dan serta pelaporan transaksi.
Direktur Teknik dan Infrastruktur PT. Taman Wisata Candi Mardijono Nugroho mengatakan,”Solusi ERP oleh RUN System mempermudah kami dalam mengelola dan mengatur sistem operasional finansial kami, sehingga mempermudah kami khususnya ketika menyusun laporan keuangan akhir tahun sekaligus menjadikan waktu kerja pegawai lebih efisien.”
Menurut Sony, RUN System sejak 2014 telah fokus untuk melayani ERP bagi multi-industri, kecuali pemerintahan. “Kami masuk ke TWC juga mendapat pandangan yang sama soal stigma ERP yang selalu dikaitkan dengan manufaktur ini. Namun, setelah kami simulasikan beberapa pelanggan kami baru teryakinkan tentang pentingnya ERP dalam operasional kegiatan perusahaan mereka,” katanya.
Contoh implementasi ERP selanjutnya adalah pada manajemen keuangan di sektor pengelolaan hutan dengan PERUM Perhutani. Dengan implementasi sentralisasi dalam operasional kepegawaian, Perhutani yang memiliki lebih dari 17 ribu pegawai dapat mengetahui kinerja pegawai di seluruh tingkatan sekaligus memantau arus kas per harinya guna mengurangi selisih pembayaran dalam cash flow mereka.
“Perusahaan yang masih melakukan operasi pembayaran secara manual tentunya akan kerepotan untuk mengelola transaksi keuangan mereka, apalagi skala perusahaannya besar, sehingga kami dorong ke arah digital dan terpusat,” kata Sony.
Selain itu, RUN System juga melakukan implementasi sistem manajemen pembelajaran vendor dalam rangka standarisasi kompetensi vendor mereka dalam hal Quality Health Safety Environment (QHSE) di lingkungan kerja PT Waskita Karya (Persero) Tbk.
Pengelolaan ribuan vendor yang memiliki berbagai standar kompetensi kemudian berpotensi membuat berbagai pekerjaan proyek konstruksi terhambat jika proses pemilihan vendor tidak memiliki standarisasi. “Tujuan kami mengimplementasi modul tersebut adalah agar setiap vendor bisa memenuhi standar yang ditetapkan oleh Waskita, sehingga setelah melakukan training mereka mendapatkan suatu kualifikasi tertentu yang akan memudahkan proses tender perusahan untuk setiap proyek konstruksi Waskita,” kata Sony.
Berbagai implementasi solusi ERP di lintas sektor tersebut membuktikan bahwa RUN System telah berhasil melawan stigma ERP hanya untuk manufaktur. Sejumlah implementasi tersebut juga membawa RUN System ke ajang bergengsi EY Foundry Cohort 4, program inkubasi khusus untuk perusahaan rintisan di bidang akuntansi, pajak, fintech, hukum, regulasi teknologi, dan HR, untuk berpartisipasi sebagai satu-satunya perwakilan Indonesia dalam acara tersebut.
Program berlangsung berlangsung secara virtual selama enam bulan itu dimulai pada awal Maret 2021. Tahun ini, EY menerima lebih dari 270 application dari berbagai startup di negara-negara Asia dan Oseania seperti Indonesia, Selandia Baru, Australia, Singapura Filipina, Malaysia, dan Sri Lanka.
Selama dua tahun terakhir, program EY Foundry telah menginkubasi total 12 perusahaan start-up dan memfasilitasi lebih dari 450 pertemuan dan demonstrasi produk kepada EY, serta membantu memfasilitasi percontohan teknologi di jaringan EY global.
Editor: Admin