Rokhmin Dahuri
PPI Dunia Harus Berkontribusi dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045
- Beranda /
- Kabar /
- Internasional /
- Kamis, 22 Juli 2021 - 16:51 WIB
Dengan banyak PR besar yang masih harus diselesaikan tersebut, Rokhmin berharap agar setiap anggota PPI bisa berupaya dan berdoa secara maksimum untuk menjadi yang terbaik pada bidangnya masing-masing, misalnya di dunia akademisi, ilmuwan, inovator, pengusaha, entrepreneur, politisi, wartawan, NGO, dan lainnya.
TOKOHKITA. Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS mendorong peran Perhimpunan Pelajar Indonesia di luar negeri untuk terus berkontribusi dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Demikian diutarakan Rokhmin saat menjadi pembicara dalam sesi International Open Discussion “Arah dan Kontribusi PPI Dunia untuk Indonesia Emas 2045” yang diselenggarakan PPI Australia secara daring, Kamis (22/7/2021). Dalam kesempatan ini, hadir narasumber pakar lainnya, yakni Prof. Dr. Arif Satria, S.P., M.Si. (Ketua Forum Rektor Indonesia – FRI), Prof. Popy Rufaidah, SE, MBA, Ph.D (Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Washington, D.C.) dan M. Rohanudin (Direktur Utama RRI).
Adapun yang bertindak sebagai panelis dalam kegiatan ini adalah sebagai Muhammad Muslih, M.Sc., Ph.D (cand)–Taipei Medical University (Presiden PPI Taiwan periode 2020-2021), Surya Gentha Akmal, M.Sc., Ph.D (cand)–Czech University of Life Sciences Prague (Koordinator PPI Dunia Kawasan Amerika– Eropa periode 2021-2022/Presiden PPI Ceko 2020-2021, dan Irhamni Rofiun, Lc., MA., Ph.D (cand)–Ezzitouna University Tunisia (Koordinator PPI Dunia Kawasan Timur Tengah–Afrika periode 2019-2020).
Menurut Rokhmin, saat ini Indonesia menghadapi sejumlah persoalan yang harus diselesaikan antara lain, pertimbuhan ekonomi yang rendah akibat dampak pandemi Covid-19, jumlah penduduk miskin dan angka pengangguran yang bertambah. Alhasil, Indonesia menduduki peringkat ke-3 sebagai negara dengan tingkat kesenjangan ekonomi tertinggi atau terburuk di dunia.
Semetara problem lainnya adalah, penguasaan teknologi yang masih rendah, gizi buruk dan stunting hingga kekurangan tempat hunian yang layak. Sebab, 61,7% penduduk tinggal di rumah yang tidak layak. Tak pelak, Indeks Pembbangunan Manusia (IPM) Indonesia juga kedodoran. "Hingga 2019, Indonesia berada diurutan ke-107 dari 189 negara, atau peringkat ke-6 di ASEAN," sebut Rokhmin yang juga Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020–2024.
Padahal di sisi lain, posisi geoekonomi dan geopolitik Indonesia sangat strategis, yang mana 45?ri seluruh komoditas dan produk dengan nilai US$ 15 triliun per tahun dikapalkan melalui ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia). Indonesia juga kaya sumber daya alam (SDA) baik di darat maupun di laut. Selain itu, negara kita juga memiliki jumlah penduduk 270 juta orang (terbesar keempat di dunia) dengan jumlah kelas menengah yang terus bertambah, dan dapat bonus demografi dari 2020–2040. "Ini merupakan potensi human capital (daya saing) dan pasar domestik yang luar biasa besar, sekaligus sebagai modal dasar pembangunan," terangnya.
Dengan banyak PR besar yang masih harus diselesaikan tersebut, Rokhmin berharap agar setiap anggota PPI bisa berupaya dan berdoa secara maksimum untuk menjadi yang terbaik pada bidangnya masing-masing, misalnya di dunia akademisi, ilmuwan, inovator, pengusaha, entrepreneur, politisi, wartawan, NGO, dan lainnya.
Juga yang tidak kalah penting adalah melalui kolaborasi produktif dan sinergis, PPI bisa menyumbangkan kemampuan terbaiknya bagi terwujudnya Indonesia Emas 2045 melalui sumbangsih dalam konsep (road map, blueprint) pembangunan bangsa menuju Indonesia Emas 2045, inovasi IPTEKS, kerjasama pendidikan dan R & D antara Indonesia dengan negara-negara maju.
"PPI dapat mendatangkan investasi dan bisnis ke Indonesia, atau mndatangkan uang masuk ke NKRI seperti Chinese and Indian overseas," sebut Rokhmin. Selain itu, PPI dapat membantu peningkatan dan pendalaman pasar ekspor berbagai produk dan jasa made in Indonesia, sembari terus mengharumkan nama bangsa dan memperkokoh kedaulatan NKRI di luar negeri.
Rokhmin juga menyebutkan parameter Indonesia emas dalam artian maju, adi, makmur dan berdaulat jika GNI atau pendapat per kapita pendukduknya lebih dari US$ 23.000, kapasitas teknologi berada di kelas 1, pengangguran sangat rendah, koefisien gini kurang dari 0,30, IPM di atas 80. kualitas lingkungan hidup baik dengan terwujudnya kedaulatan pangan, air, energi, dan farmasi.
Editor: Tokohkita