Toto Pranoto
BUMN Masih Memerlukan Keterlibatan Akademisi sebagai Pengawas
Toto menilai, pengunduran rektor UI sebagai komisaris BRI menunjukkan jiwa besar yang bersangkutan untuk mendahulukan kepentingan publik dibandingkan kepentingan individu. "Daripada energi nasional habis untuk mendiskusikan soal rangkap jabatan, lebih baik bangsa ini fokus pada penanganan pandemi Covid-19, sehingga rektor UI memutuskan untuk resign saja," tukasnya.
TOKOHKITA. Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto menilai keterlibatan staf peneliti atau pimpinan perguruan tinggi sebagai pengawas atau dewan komisaris di BUMN tetap diperlukan.
Alasannya, ke depan, keterlibatan staf pengajar, staf peneliti atau pimpinan perguruan tinggi sebagai pengawas seperti dewan komisaris di BUMN tetap diperlukan. Pandangan Toto menanggapi polemik rangkap jabatan Rektor UI Ari Kuncoro yang menduduki posisi sebagai komisaris di BRI. "Paling tidak pengalaman mereka sebagai akademisi cukup potensial membantu pengawasan BUMN dengan efektif," katanya, Kamis (22/7).
Toto pun menyebutkan, di negara lain seperti Singapura misalnya, Rektor Nanyang University Singapura bahkan menjabat sebagai direksi di bursa efek Singapura. Pengalaman Rektor Nanyang University dinilai memberikan kompetensi dan kredibilitasnya, sehingga bisa memberikan efek positif bagi bursa efek Singapura.
Dalam konteks tersebut, saat ini UI sedang intensif mengejar ranking dunia yang terdapat seperti dalam QS dan Time Higher Education (THE). Peringkat UI cukup bagus di nasional namun masih tertinggal dalam peringkat global. Adapun salah satu ukuran dalam peringkat global tersebuta adalah perlunya keterkaitan antara universitas dengan industri dan dunia usaha.
"Salah satu indikator yang diukur dalam pemeringkatan QS Graduate Employability Rangkings adalah partnerships with employers per faculty atau kemitraan dengan perusahaan per fakultas dengan bobot 25%," jelas dia.
Toto bilang, dalam konteks kenapa rektor UI memiliki jabatan di komisaris BUMN harus dilihat dalam konteks tersebut. Semakin banyak linkage antara staf universitas dengan industri dan dunia usaha maka ranking universitas bisa meningkat. Sementara jabatan komisaris BUMN sesuai ketetapan dan regulasi yang ada harus diisi oleh tenaga profesional, memiliki keahlian dan diakui reputasinya.
"Posisi rektor UI memenuhi syarat yang diminta oleh Kementerian BUMN dalam persyaratan jabatan untuk komisaris," kata Toto.
Yang terang, statuta baru UI melalui Peraturan Pemerintah No. 75/2021 memungkinkan posisi rektor untuk menjabat posisi di BUMN selain jabatan direksi. Namun, Ari Kuncoro sudah memutuskan mundur sebagai wakil komisaris utama/komisaris independen di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Toto menilai, pengunduran rektor UI sebagai komisaris BRI menunjukkan jiwa besar yang bersangkutan untuk mendahulukan kepentingan publik dibandingkan kepentingan individu. "Daripada energi nasional habis untuk mendiskusikan soal rangkap jabatan, lebih baik bangsa ini fokus pada penanganan pandemi Covid-19, sehingga rektor UI memutuskan untuk resign saja," tukasnya.
Sebelumnya, manajemen PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menyampaikan pengumuman mengenai Ari Kuncoro yang mengundurkan diri dari jabatan wakil komisaris utama/komisaris independen perseroan. Lewat keterbukaan informasi, Corporate Secretary Division BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan, Kementerian BUMN telah menerima surat pengunduran diri Ari Kuncoro dan menginformasikannya secara resmi kepada perseroan.
Adapun proses berikutnya, perseroan akan menindaklanjuti sesuai ketentuan dan prosedur. Menurut Aestika, BRI berkomitmen untuk terus menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG) dari seluruh lapisan, baik manajemen tingkat atas dalam hal ini dewan komisaris dan direksi, hingga jajaran pekerja di seluruh unit kerja perseroan.
Komitmen tersebut dijalankan pada setiap kegiatan usaha perseroan, yang merupakan perwujudan dari visi dan misi Perseroan, nilai korporasi dan strategi kebijakan dalam keberlanjutan perseroan.
Editor: Tokohkita