Rokhmin Dahuri
Optimalkan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional
Sektor kelautan dan perikanan harus mampu menjadi prime mover (penghela) pembangunan Maluku dan Indonesia. Selain itu, pola pembangunannya harus berdasarkan pada ‘sustainable inclusive big-push and integrated development model’ atawa lumbung ikan nasional (LIN).
TOKOHKITA. Lebih dari 92% wilayah Provinsi Maluku berupa laut, dengan potensi produksi perikanan terbesar diantara 34 provinsi di Indonesia. Hanya saja, sampai sekarang tingkat pemanfaatan ekonomi perikanan tangkap maupun perikanan budidaya Provinsi Maluku masih sangat rendah.
Dari itu saja, kontribusi sektor kelautan dan perikanan terhadap PDRB Provinsi Maluku mencapai 12,8%, yang merupakan tertinggi di Indonesia. Demikian disampaikan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS memprediksi saat menjadi narasumber kegiatan Seminar Sehari & MUSDA KNPI Maluku, Pemprov Maluku dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) di Gedung PKK Prov. Maluku, Rabu (20/4/2022)
Menurut dia, permintaan di dalam negeri maupun ekspor untuk komoditas dan produk olahan ikan serta biota laut lainnya, termasuk produk industri bioteknologi kelautan terus meningkat, seiring dengan pertambahan penduduk dunia dan kesadaran publik akan gizi ikan yang lebih sehat dan mencerdaskan.
Yang terang, bila pembangunan ekonomi kelautan (perikanan tangkap di laut, perikanan budidaya, industri pengolahan hasil perikanan, dan industri bioteknologi kelautan) dikembangkan dengan menggunakan inovasi teknologi dan manajemen profesional, maka sektor ini tidak hanya akan mampu memajukan dan memakmurkan masyarakat Provinsi Maluku.
"Tetapi juga akan berkontribusi signifikan bagi terwujudnya Indonesia Emas, paling lambat 2045,” ujar Member of International Scientific Advisory Board of Center for Coastal and Ocean Development, University of Bremen, Germany itu.
Ke depan, Rohkmin berharap, sektor kelautan dan perikanan harus mampu menjadi prime mover (penghela) pembangunan Maluku dan Indonesia. Selain itu, pola pembangunannya harus berdasarkan pada ‘sustainable inclusive big-push and integrated development model’ atawa lumbung ikan nasional (LIN).
Sebagaimana diketahui, LIN berada di Provinsi Maluku sebagai produsen komoditas dan produk olahan ikan serta produk bioteknologi kelautan terbesar di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan nasional maupun ekspor serta kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan
Tujuan LIN yakni pertama, meningkatkan daya saing dan pertumbuhan ekonomi inklusif bagi Maluku pada khususnya,dan Indonesia pada umumnya. Kedua, meningkatkan kesejahteraan masyarakat Maluku pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Ketiga, ramah lingkungan dan berkelanjutan (sustainable)
Sementara sasaran LIN adalah pertama, menghasilkan komoditas dan produk olahan ikan, serta produk bioteknologi kelautan untuk memenuhi kebutuhan lokal, nasional, dan ekspor secara signifikan dan berkelanjutan.
Kedua, mensejahterakan seluruh masyarakat Maluku (income > $ 300/orang/bulan), dan berkontribusi signifikan bagi kesejahteraan bangsa. Ketiga, tingkat (laju) pembangunan perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan ekstraksi senyawa bioaktif (bioteknologi) tidak melampaui daya pulih dan daya dukungnya.
Pada bagian lain, Rokhmin juga memaparkan kodisi demografi Indonesia, yang mana akan mengalami peningkatan jumlah penduduk berusia produktif usia 15 tahun–64 tahun sebesar 70% sampai tahun 2045. Indonesia memiliki bonus demografi. Artinya, Indonesia akan memiliki kaum muda dengan jumlah besar yang berpotensi menjadi garda depan.
“Dalam UU No. 40/2009, pemuda adalah warga negara Indonesia yang berusia 16 tahun sampai 30 tahun yang merupakan periode penting usia pertumbuhan dan perkembangan,” ujar Rokhmin dalam paparannya berjudul “Peran Pemuda Dalam Pemanfaatan Dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan untuk Kemajuan, Kesejahteraan, dan Kemandirian Provinsi Maluku”.
Penduduk Indonesia, lanjutnya, adalah pemuda (64,50 juta jiwa) dan lebih dari separuh pemuda berada di Pulau Jawa. Rata-rata lama sekolah Pemuda Indonesia sebesar 10,78 tahun (setara dengan kelas 10 SMA/Sederajat). Ada 25,70% pemuda di Indonesia merokok, sementara 6,72% Pemuda usia 25-30 tahun menganggur. “Hanya sebesar 47,35% Pemuda dari rumah tangga dengan kelompok pengeluaran 40% terbawah yang tinggal di rumah layak huni. Disamping itu 2,16% Pemuda menikah di usia kurang dari 15 tahun,” katanya.
Rokhmin juga mengupas peran pemuda dalam pembangunan sektor perikanan marikultur dari studi kasus Teluk Ambon Dalam, yang meliputi perencanaan, dengan melakukan rapat-rapat di desa/daerah. Kedua, Produksi yang meliputi kepemilikan aset dan lahan budidaya KJA. Ketiga, Monitoring dan evaluasi produksi dan biaya usaha. Keempat, Menjadi pengurus aktif kelompok/koperasi perikanan.
Adapun faktor yang mempengaruhi peran pemuda ini diantaranya faktor kewirausahaan, kebijakan publik, sumberdaya, dan kapital sosial. “Sumberdaya berpengaruh signifikan terhadap peran pemuda diikuti kapital sosial, kebijakan publik, dan kewirausahaan sehingga kebijakan pembangunan harus mengakomodir semua determinan berdasarkan tingkat signifikansinya,” kata Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia itu,
Rokhmin juga mengajak partisipasi pemuda dalam menyiapakan pakan, pemberian pakan bagi Hiu, membersihkan wadah pemeliharaan dan mengontrol kualitas air. Sedangkan dalam bidang minawisata pemuda berpartisipasi sebagai pemandu dalam kegiatan minawisata dan mempromosikan minawisata hiu zebra kepada masyarakat luar. “Diharapkan dalam kegiatan minawisata dan budidaya ini terjalin kerjasama antara pihak swasta dan pemerintah setempat, agar kegiatan minawisata berjalan baik,” jelasnya.
Editor: Tokohkita