Rokhmin Dahuri
Potensi Pariwisata Indonesia Sangat Besar Tapi Kontribusi ke PDB Masih Mini
Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia serta daya belinya (disposable income) dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan daya tarik wisata bahari, prospek industri wisata bahari akan semakin strategis dan signifikan.
TOKOHKITA. Pakta empiris di Indonesia maupun dunia bahwa sektor pariwisata memiliki peran penting dan strategis dalam penciptaan lapangan pekerjaan, peningkatan ekonomi, atau kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) suatu negara.
"Dan Indonesia, mohon maaf mestinya menjadi juara dunia kalau dilihat dari begitu besarnya potensi pariwisata baik diversitas kekayaan alamnya maupun keanekaragaman budaya. Bayangkan dengan 17.000 pulau dengan keragaman aneka hayatinya," kata Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University dalam RAKERNAS ASITA bertajuk “Strategi Pengembangan Pariwisata Pasca Pandemi,” Jakarta (30/9/2022)
Mestinya, ujar Rokhmin, dengan potensi yang besar tersebut mestinya bisa memberikan sumbangsih yang signifikan bagi perekonomian bangsa. "Pertanyaannya, sampai sejauh ini kita masih kalah dengan negara Singapura yang luas wilayahnya hanya sebesar Batam. Atau dengan Thailand, yang garis pantainya hanya 200 ribuan kilometer, sedangkan Indonesia garis pantainya mencapai 100 ribuan kilometer," sebut Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan RI 2020-2024 ini.
Akibatnya, dari sisi kunjungan wisatawan asing Indonesia juga masih kalah jauh dari negara tetangga seperti Thlailand yang mencapai 30 juta wisatawan asing per tahun. "Indonesia kunjungan wisatawan asingnya hanya 16 jutaan," jelasnya. Oleh sebab itu, Rokhmin mengimbau sebagai bangsa pembelajar harus mengejar ketertinggalan tersebut. "Sebagai bangsa yang ingin maju, kita mestinya bertanya, why, kenapa," ucap Rokhmin.
Menurut Rokhmin, isu dan tantangan pengembangan wisata bahari di Indonesia masih cukup banyak. Pertama, aksesibilitas ke lokasi wisata bahari (pulau-pulau kecil, pesisir, dan laut) perlu ditingkatkan. Kedua, prasarana dan fasilitas di lokasi wisata bahari umumnya belum memadai. Ketiga, pengembangan produk dan pengemasan objek/tujuan kurang inovatif dan menarik. Keempat, promosi dan pemasaran yang tidak memadai. Kelima, dukungan dan sinergi dari instansi pemerintah terkait masih kurang. Keenam, pencemaran dan degradasi lingkungan terhadap ekosistem pesisir dan laut.
Akibatnya, Rokhmin bilang, kontribusi wisata bahari terhadap sektor pariwisata di Indonesia masih sangat kecil, sekitar 25%. "Negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand pariwisata bahari mampu memberikan kontribusi lebih besar dari 30% untuk sektor pariwisata," bebernya. Di sisi lain, kualitas sumber daya manusia (pemerintah, operator, dan masyarakat) perlu ditingkatkan. Celakanya, manfaat pariwisata bagi masyarakat lokal dan perekonomian daerah masih relatif rendah. Kebijakan ekonomi-politik (kredit perbankan, fiskal, moneter, dan iklim investasi) kurang kondusif.
Rokhmin menjelaskan, sejatinya ruang pesisir dan laut merupakan “rumah” bagi aktivitas, infrastruktur, dan fasilitas manusia yang jumlahnya terus meningkat. Sebab, di antara semua aktivitas manusia yang terjadi di ruang pesisir dan laut, yang paling penting dan paling cepat berkembang (dalam hal kepentingan ekonomi dan kesempatan kerja) adalah industri wisata bahari (leisure), termasuk berbagai jenis kegiatan yang berkaitan dengan daratan pesisir dan laut. wilayah (laut).
"Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia serta daya belinya (disposable income) dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan daya tarik wisata bahari, prospek industri wisata bahari akan semakin strategis dan signifikan," terang Anggota Dewan Penasihat Ilmiah Internasional Pusat Pengembangan Pesisir dan Laut, Universitas Bremen, Jerman.
Editor: Tokohkita