Diundang Khusus UGM, Prof Rohmin Dahuri Seperti Pulang ke Rumah Kedua

Rokhmin berharap, semoga ilmu, sains dan teknologi yang Prof Alim dalami selama ini dapat berkontribusi lebih dalam kemajuan, kesejahteraan dan kedaulatan bangsa wabil khusus di dalam sektor kelautan dan perikanan.

TOKOHKITA.  Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof Dr Rokhmin Dahuri MS menyampaikan ucapan selamat kepada Prof.Dr.Ir.Alim Isnansetyo,M.Sc yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Bioteknologi Perikanan dan Kelautan pada Fakultas Pertanian UGM di Balai Senat UGM, Selasa (21/2/2023) 

"Selamat atas dikukuhkannya sahabat saya Bapak Prof.Dr.Ir.Alim Isnansetyo,M.Sc menjadi Guru Besar bidang Ilmu Akuakultur pada departemen perikanan Universitas Gadjah Mada," ujar Prof. Rokhmin Dahuri.

Menteri Kelautan dan Perikanan-RI 2001 – 2004 itu berharap, semoga ilmu, sains dan teknologi yang Prof Alim dalami selama ini dapat berkontribusi lebih dalam kemajuan, kesejahteraan dan kedaulatan bangsa wabil khusus di dalam sektor kelautan dan perikanan.

"Berbicara masalah bioteknologi perikanan sangat dibutuhkan untuk kemajuan sektor kelautan dan perikanan khususnya dan kemajuan bangsa pada umumnya," papar ketua Dewan Pakar MPN (Masyarakat Perikanan Nusantara) itu.  Prof. Rokhmin mengaku diundang sebagai tamu khusus Universitas Gadjah Mada seperti pulang ke rumah kedua.

Dikutip dari laman UGM.ac.id, Prof. Dr. Ir. Alim Isnansetyo, M.Sc., memaparkan pidato pengukuhan berjudul "Imunologi Untuk Mendukung Pengelolaan Kesehatan Ikan Pada Akuakultur."

Ketua Departemen Perikanan ini menyampaikan akuakultur insentif akan berkembang semakin cepat di seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia sebagai bentuk respons terhadap peningkatan produk perikanan. Namun, di sisi lain, kuantitas produk perikanan hasil tangkap mengalami stagnasi bahkan cenderung menurun.

“Problematika terbesar dalam akuakultur intensif adalah wabah penyakit, disamping semakin mahalnya harga pakan,”tuturnya.

Menurutnya ada sejumlah penyakit yang menyebabkan kerugian besar pada akuakultur air tawar. Beberapa diantaranya adalah aeromoniasis, streptococciosis, mycobacteriosis, flexibacteriosis, koi herpes virus, tilapia lake virus, serta ichthyophthiriasis. Sementara pada akuakultur laut sering ditemukan penyakit streptococciosis, vibriosis, big belly disease, scale drop disease, viral nervous necrosis, iridovirus, mouth rot, tail rot, dan serangan berbagai parasit.

Alim menyebutkan ikan sangat tergantung pada imun non spesifik dalam menghadapi wabah penyakit. Hal itu dikarenakan adanya keterbatasan intrinsik antibodi spesifik yang diproduksi dibandingkan dengan mamalia dan unggas. Oleh sebab itu, produksi benih unggul dengan kriteria ketahanan terhadap penyakit menjadi parameter penting selain pertumbuhan dan sintasan.

“Pada tataran teknis, penggunaan bibit unggul perlu dibarengi usaha peningaktan kekebalan tubuh ikan non spesifik dengan mengembangkan dan menerapkan tidak hanya metode tunggal, namun kombinasi beberapa metode pengendalian penyakit,”paparnya.

Menurutnya, penggunaan bio-informatik untuk memelajari sisitem kekebalan ikan dan menemukan teknologi pengendalian penyakit perlu digalakkan. Pemanfaatan sumber daya akuatik Indonesia, baik mikroorganise maupun makroorganisme di perairan tawar maupun laut perlu lebih intensif dengan penerapan bioteknologi. Langkah tersebut penting dilakukan untuk meningkatkan inovasi immunostimulan, probiotik, prebiotik, sinbiotik, posbiotik, vaksin, mikrobiom, aplikasi quorum quensing, dan pakan fungsional.

Pengembangan vaksin ikan, dikatakan Alim, juga perlu memanfaatkan konsep-konsep baru seperti virus-like partikel, gene editing, vakisn DNA/RNA, dan reverse genetic vaccine. Produk hasil inovasi tersebut diharapkan bisa menggantikan antibiotik untuk pengendalian penyakit ikan yang ramah lingkungan.

Alim menyampaikan fasilitas, pendanaan, kemudahan, dan dukungan y ang memadai dari pemerintah sangat diperlukan. Selain itu, kebijakan untuk memberikan kemudahan dan fasilitas khusus untuk hilirisasi dan komersialisasi berbagai produk bioteknologi kelautan dan perikanan yang dihasilkan anak bangsa sangat diperlukan agar produk lolal dapat bersaing dengan produk impor.

Lalu, kriteria evaluasi dalam pemberian izin edar juga perlu disesuaikan dengan perkembangan  bioteknologi saat ini tanpa mengurangi urgensi kriteria kemanan terhadap konsumen, lingkungan, termasuk ekosistem perairan dan ikan yang dibudidayakan

Editor: Tokohkita