Rokhmin Dahuri
Sistem Pendidikan Berkelas Dunia Berbasis Pancasila Bisa Lahirkan SDM Unggul
Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan ini menambahkan, industri 4.0 dan society 5.0 hanya berhasil dalam hal kemajuan Iptek dan kehidupan materialistrik.
TOKOHKITA. Perguruan tinggi berperan dalam menghasilkan lulusan yang kompeten dan mampu menghadapi era Society 5.0, yakni melalui proses pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Tri Dharma) yang diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan.
Demikian disampaikan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof DR Ir Rokhmin Dahuri, MS saat memberikan kuliah umum pada acara Dies Natalis ke-62 Universitas Negeri Makassar (UNM) di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (1/8/2023).
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Kabinet Gotong Royong 2001-2004 ini membawakan orasi berjudul Pengembangan Sumber Daya Manusia Unggul di Era Society 5.0. “Apa yang harus kita kerjakan ke depan, supaya UNM yang sudah baik, dapat lebih baik lagi, hingga menjadi a Pancasila-Based World Class University” yakni lulusan unggul, penelitian menghasilkan inovasi dan publikasi ilmiah berkelas dunia, dan PkM-nya empowering pemerintah dan masyarakat,” ujarnya.
Atas dasar itu, UNM pun dituntut menghasilakan lulusan yang memliki empat kemampuan atau keahlian, yakni kemampuan analisis dan memecahkan masalah yang kompleks, berpikir kritis, kreatif dan inovatif, dan kolaboratif. “Jadi untuk tantangan perguruan tinggi, bagaimana menghasilkan lulusan dalam arti duniawi kemampuan analisis, memecahkan masalah,” kata Prof Rokhmin.
Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan ini menambahkan, Industri 4.0 dan Society 5.0 hanya berhasil dalam hal kemajuan Iptek dan kehidupan materialistrik. Tetapi gagal mengatasi kesenjangan ekonomi, mengurangi kemiskinan, kelaparan, kerusakan lingkungan, globat warming, dan kebejatan moral.
Menurut Rokhmin, pada umumnya lulusan peruguruan tinggi Indonesia kurang kompeten, kurang siap bekerja, karakter (etos kerja) nya lemah, rendah entrepreneurrship nya, mismatch dengan dunia kerja (industri & pemerintah), dan kalah daya saing dengan lulusan perguruan tinggi luar negeri.
Selain itu produktivitas riset (R & D) berupa publikasi di jurnal ilmiah internasional ternama, invention (prototipe), dan innovation (commercial technology) masih rendah. Kontribusi kegiatan pengabdian masyarakat bagi pemberdayaan masyarakat, pembangunan wilayah, dan peningkatan kapasitas pemerintahan belum signifikan.
Rokhmin bilang, fakta empiris dan sejarah telah membuktikan, bahwa bangsa yang maju, sejahtera (adil-makmur) adalah yang kualitas SDM nya unggul, mampu menguasai dan menerapkan IPTEK dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan menghasilkan inovasi.
“Kualitas SDM unggul seperti di atas dapat dibangun melalui sistem kesehatan yang prima, sistem pendidikan berkelas dunia berbasis Pancasila (a Pancasila-Based World Class University), dan sistem kehidupan masyarakat yang meritokrasi,” terang dosen kehormatan Mokpo National University Korea Selatan itu.
Sejatinya, sistem pendidikan berkelas dunia berbasis Pancasila sangat mendasar dan urgen diterapkan. Sebab, Sistem Pendidikan Kapitalis (Industry 4.0), yang semata bersifat materialistik dan duniawi, hanya sukses dalam hal inovasi IPTEKS dan kemewahan kehidupan materialistik, tetapi gagal dalam mengatasi economic inequality, poverty, hunger, triple ecological crises, dan kebejatan moral dan social illness.
‘’Mengapa Industry 4.0 gagal, karena tidak mencakup dimensi kemanusiaan dan spiritual (akhirat, Tuhan). Society 5.0 pun bakal gagal, karena memperbaiki Industry 4.0 hanya dari aspek jasmani dan duniawi. Padahal, sejatinya (faktanya), manusia itu tersusun atas unsur jasmani (fisik) dan ruhani; dan kehidupan itu, bukan hanya di dunia fana ini, tetapi juga alam akhirat yang kekal dan abadi,’’ tuturnya.
Prof Rokhmin menerangkan Pancasila, terutama Sila-1 (Ketuhanan YME), Sila-2 (Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab), dan Sila-5 (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia) akan mampu menyempurnakan kegagalan Industry 4.0 dan Society 5.0.
‘’Sebab, orang yang beriman kepada Tuhan YME dan akhirat, pasti tidak akan dzalim, sombong, dengki, pembohomg, malas, kikir, dan kemaksiatan lainnya. Sebaliknya, dia akan beretos kerja unggul, dan berakhlak mulia,’’ ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut, Rokhmin juga memberikan beberapa rekomendasi untuk UNM menjadi A Pancasila-Based World-Class University diantaranya pertama, pendirian PRODI baru meliupti INDUSTRY 4.0, SOCIETY 5.0, dan Ilmu, Teknologi, dan Manajemen Lingkungan” terutama “Science and Technology of Changing Planet.
Kedua, penambahan mata kuliah baru yang wajib diikuti oleh semua prodi: (1) Teknologi dan Ekonomi Digital (Digitalisasi, IoT, AI, Blockchain, Robotics, Big Data, Cloud Computing, dan Metaverse); (2) Ekonomi Hijau (Green Economy) dan Ekonomi Biru (Blue Economy), dan Ekonomi Pancasila.
Ketiga, implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) semaksimal dan sebaik mungkin. Keempat, Penambahan dan penguatan Dosen dan tenaga non-akademik berkelas dunia. Kelima, Renovasi dan pembangunan baru infrastruktur dan sarana Kampus, seperti Laboratorium yang lengkap, fasilitas gedung dan ruang belajar yang memadai, dukungan fasilitas perpustakaan dan sebagainya. ‘’Semua komponen UNM dari dosen, mahasiswa, tenaga non-akademik, dan pimpinan mesti mengeluarkan kemampuan terbaiknya, dan bekerjasama secara sinergis,” sebut Rokhmin.
Keenam, peningkatan kolaborasi Penta Helix, yakni UNM, pemerintah, industri (swasta), masyarakat dan media Masa. Ketujuh, perbaikan tata kelola (governance) UNM. Kedelapan, peningkatan anggaran dari APBN, APBD, hingga donasi nasional dan luar negeri.
‘’Dan yang tak kalah pentingya adalah peningkatan Imtaq menurut agama masing-masing, dan saling menghormati antar pemeluk agama (hidup harmonis)," imbuh Rokhmin.
Editor: Tokohkita