Rokhmin Dahuri
Pembangunan Pulau Enggano Harus Terpadu dan Berkelanjutan
Letak Pulau Enggano terbilang jauh dari Kota Bengkulu, ibu kota provinsi. Oleh karena itu model pembangunannya harus jelas, berkelanjutan, dan mempertimbangkan daya dukung lingkungan.
TOKOHKITA. Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia periode 2001-2004 Prof. Rokhmin Dahuri memberikan kualiah umum bertema “Pengelolaan Wilayah dan Pulau-pulau Kecil di Pulau Enggano Secara Terpadu dan Berkelanjutan di Universitas Bengkulu, di Bengkulu, Rabu (24/8/2023).
Dalam kesempatan ini, Rokhmin mengutarakan, pengembangan pulau terluar Indonesia yang ada di Provinsi Bengkulu, Pulau Enggano harus memenuhi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. "Harus memenuhi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Baik dari aspek ekonomi, ekologi juga aspek sosial," katanya.
Letak Pulau Enggano terbilang jauh dari Kota Bengkulu, ibu kota provinsi. Oleh karena itu model pembangunannya harus jelas, berkelanjutan, dan mempertimbangkan daya dukung lingkungan. Artinya, model pembangunannya harus big push atau skala besar, tetapi tetap mempertimbangkan daya dukung lingkungan, kesesuaian lahan dan lainnya.
Alhasil, antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan tetap berjalan harmonis. Selain itu, Rokhmin juga menekankan agar pemerintah daerah, Pemprov Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Utara menciptakan iklim investasi yang kondusif, sistem perizinan, informasi dan hal-hal dengan kemudahan berbisnis harus seperti negara-negara maju lainnya termasuk untuk wilayah pulau terluar.
"Bukan berarti mengobral lahan usaha, tetap ada aturannya, tinggal benchmarking saja mencontoh negara-negara yang sudah lebih dulu maju, bagaimana cara berkerja sama dengan investor, maupun pengusaha asing. Investor untung, tetapi bangsa juga harus lebih untung besar, baik ekonomi, peningkatan kapasitas SDM dan teknologi," ujarnya.
Rokhmin juga memaparkan tantangan masyarakat Enggano yang bertahan hidup di laut dan darat. Perubahan iklim, ledakan penduduk, dan pemanasan global memengaruhi hasil tangkapan laut. Hal ini semakin diperparah dengan teknologi alat tangkap yang tidak sesuai dengan kondisi alam. "Kapal nelayan Enggano hanya di bawah 5 GT, alat tangkap masih tradisional. Menurut Alamudin, agar hasil tangkapan laut melimpah, SDM nelayan dan teknologi harus ditingkatkan," sebutnya.
Memang, kendala transportasi jadi momok menakutkan hasil pertanian tak bisa diangkut ke luar pulau karena kapal laut juga terpengaruh badai. Ratusan ton pisang membusuk di dermaga sering kami alami, ikan juga membusuk karena pabrik es tidak ada. “Terpaksa dibuang sia-sia kalau membusuk,” ujar Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020 – Sekarang.
Untuk diketahui, jarak dari wilayah Pulau Enggano ke Ibu Kota Provinsi Bengkulu, Kota Bengkulu yakni sekitar 156 km atau 90 mil laut. Untuk mencapai ke pulau terluar Indonesia tersebut, penumpang bisa menggunakan jenis transportasi laut atau udara.
Berlayar ke Pulau Enggano membutuhkan waktu tempuh selama 12 jam, sementara menggunakan pesawat perintis membutuhkan waktu sekitar 35 menit. Untuk pesawat perintis tidak terbang setiap hari ke Pulau Enggano. Jadwal penerbangannya hanya dua kali dalam seminggu. Untuk keberangkatan kapal laut maupun penerbangan perintis juga bergantung dengan kondisi cuaca.
Editor: Tokohkita