Rokhmin Dahuri
Pendapatan Rendah, Kebijakan Pengendalian Pengeluaran Nelayan Diperlukan
Perlu ada peningkatan produktivitas secara berkelanjutan lewat modernisasi teknologi penangkapan ikan seperti kapal, alat tangkap, dan alat bantu.
TOKOHKITA. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan wilayahnya berupa lautan dan samudera, serta 30% wilayah daratannya ditutupi oleh ekosistem air tawar (danau, sungai, waduk, dan rawa), Indonesia memiliki potensi produksi perikanan terbesar di dunia, sekitar 115,63 juta ton/tahun yang terdiri dari perikanan tangkap sebesar 15,57 juta ton/tahun dan budidaya perikanan sebesar 100,06 juta ton/tahun.
Demikian diutarakan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof Dr Rokhmin Dahuri, pada Seminar Internasional Pembatasan Maritim: Perkembangan Terkini dan Faktor-Faktor Terkait, di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Selasa (29/8/2023).
Meski demikian, potensi yang besar tersebut belum termanfaatkan dengan baik sebagai sumber pangan. Bahkan, mirisnya kondisi nelayan di Tanah Air masih memprihatikan karena berpendapatan rendah. Atas dasar itu butuh kebijakan dan program dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan, termasuk dalam pengendalian pengeluaran mereka.
"Perlu ada peningkatan produktivitas secara berkelanjutan lewat modernisasi teknologi penangkapan ikan seperti kapal, alat tangkap, dan alat bantu. Kemudian, ada penetapan jumlah kapal ikan yang boleh beroperasi di suatu unit wilayah perairan, sehingga pendapatan nelayan rata-rata > US$ 375 setara Rp 5,625 juta per nelayan ABK per bulan secara berkelanjutan," sebut Rokhmin.
Di sisi lain, kebijakan pengendalian pengeluaran nelayan harus dijalankan dengan beberapa pendekatan. Pertama, pemerintah membantu membangun kawasan pemukiman nelayan yang bersih, sehat, cerdas, produktif, aman, dan indah. "Sehingga, nelayan beserta anggota keluarga bisa hidup dan tumbuh kembang dengan sehat, cerdas, produktif, dan berakhlak mulia," jelas Presiden Masyarakat Akuakultur Indonesia ini.
Kebijakan selanjutnya menurut Rokhmin adalah, penyuluhan dan pendampingan manajemen keuangan keluarga agar nelayan dan anggota keluarganya bisa hidup ‘tidak lebih besar pasak dari pada tihang’ seperti pembatasan jumlah anak, gemar menabung, dan lainnya.
"Selain kerja cerdas dan keras sebagai nelayan, mereka harus meningkatkan iman, taqwa, dan doa kepada Tuhan YME menurut agama masing-masing," pungkas Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2001-2004.
Editor: Tokohkita