Rokhmin Dahuri
Pengelolaan Sumber Daya Lobster Harus Berkelanjutan
Potensi produksi lobster Indonesia juga dinilai sangat besar. Sebagai negara dengan luasan ekosistem terumbu karang (habitat utama lobster) terluas kedua di dunia dan paling tinggi biodiversity-nya,
TOKOHKITA. Potensi pasar lobster sangat menjanjikan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dunia dan Indonesia. Selanjutnya, semakin bertambahnya penduduk kelas menengah ke atas (consuming class) mendorong permintaan akan komdoitas maupun produk olahan lobster akan terus meningkat.
Demikian disampaikan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS saat menjadi narasumber pada Focus Group Discussion (FGD) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Lampung bertajuk “Optimalisasi Potensi Lobster Berbasis Blue Economy Menuju Lampung Sentra Lobster“ di Bandar Lampung, Senin (30/10/2023).
Menurut Rokhmin, potensi produksi lobster Indonesia juga dinilai sangat besar. Sebagai negara dengan luasan ekosistem terumbu karang (habitat utama lobster) terluas kedua di dunia dan paling tinggi biodiversity-nya, Indonesia memiliki potensi benih lobster (BL) untuk dibudidayakan dan lobster dewasa (ukuran konsumsi) yang bisa dipanen dari alam (laut) salah satu terbesar di dunia.
"Lampung masuk dalam lima besar provinsi paling banyak produksi budidaya udang. Produksi terbesar budidaya laut berasal dari Kabupaten Lampung Selatan sebesat 63,74%. Produksi terbesar budidaya air tawar berasal dari Kabupaten Lampung Selatan yang mencapai 62,51%. Sementara jumlah pembudidaya terbanyak berada di Kabupaten Tulang Bawang (37,55%). sebutnya.
Rokhmin menjelaskan, ekspor produk perikanan Lampung dominan komoditas udang (82% total volume dan 36% total nilai). Baik di eksosistem laut maupun ekosistem payau dan darat, tingkat pemanfaatan perikanan budidaya pada umumnya masih jauh lebih rendah ketimbang potensi produksi lestarinya.
Atas dasar itu, peningkatan produktivitas dan produksi perikanan budidaya memberikan masih terbuka lebar. Mayoritas pembudidaya perikanan, khususnya yang skala Mikro dan Kecil (tradisional), masih miskin (pendapatan < US>
Sebagian besar unit bisnis (usaha) perikanan budidaya tradisional tidak menerapkan: (1) Economy of Scale (Skala Ekonomi); (2) Integrated Supply Chain Management System (Hulu – Hilir); (3) Best Aquaculture Practices (Cara Budidaya Terbaik); (4) Teknologi Mutakhir (Blue Economy, Industry 4.0 Technology) pada setiap mata rantai pasok; dan (5) prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
“Sayangnya, kurang produktif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan, pembudidaya miskin dan kontribusi sektor perikanan budidaya bagi perekonomian Prov. Lampung (PDRB, ekspor, dan PAD) rendah,” ujar Ketua Umum Gerakan Nelayan Tani Indonesia ini.
Terkait kebijakan pengelolaan lobster, Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2001-2004 itu menyebutkan beberapa permasalahan dan tantangannya. Pertama, masa transisi, dari larangan budidaya lobster sejak awal 1990-an hingga 2014 (Permen KP No.1/2015 dan Permen KP No.56/2016) ke dibolehkan dan didorong untuk budidaya lobster di dalam negeri (Permen KP No. 12/2020).
“Sejatinya kapasitas IPTEK budidaya lobster bangsa Indonesia terus membaik. Salah satu buktinya adalah Survival Rate pembesaran lobster dari sebelumnya <30>
Di sisi lain, jumlah peneliti/ahli, praktisi, dan perusahaan budidaya lobster Indonesia semakin banyak. Contoh: Prof. Ketut Sugama, Dr. Bayu Priambodo, Dr. Ilham, Dr. Irzal Effendi (Peneliti), Effendy Wong, Arie Nanda Djausal, Didi Supardi, Haji Vylma, Muhibidin Koto (Pengusaha), PT. Aquatec, dan PT. Gold Star (Perusahaan).
Kedua, kinerja usaha budidaya (pembesaran) masih rendah dibandingkan Vietnam (SR rendah atau < 50> 70%.
Ketiga, pakan buatan belum berkembang, masih berbasis pakan ikan rucah yang musiman, mutu tidak standar dan pembawa penyakit (pathogen carrier). Keempat, masyarakat lebih memilih menangkap BL untuk diekspor (karena harganya jauh lebih tinggi) dibandingkan dijual di dalam negeri untuk budidaya.
Kelima, sebagai pesaing Indonesia, Vietnam mampu mengembangkan budidaya lobster yang berdaya saing tinggi, meskipun dengan harga benih lobster yang jauh lebih tinggi (dari Indonesia).
Di tempat yang sama, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mengajak seluruh stakeholder perikanan untuk bersama-sama mewujudkan Lampung sebagai sentra pengembangan lobster. Arinal mengatakan Lampung diberikan anugerah dengan kekayaan sumber daya alam kelautan dan perikanan salah satunya lobster, Lampung diharapkan mampu melakukan mengembangkan potensi tersebut.
Menurutnya, Lampung harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. “Kita wajib menjadi tuan di negeri sendiri. Keinginan saya, Lampung ini akan menjadi wilayah sumber pengembangan lobster,” ujarnya.
Arinal menilai dengan menjadikan Lampung sebagai sentra pengembangan lobster, diharapkan akan berdampak pada kesejahteraan para pembudidaya dan nelayan khususnya di Kabupaten Pesir Barat sebagai lokasi potensi lobster. “Wajib hukumnya nelayan dan masyarakat terutama di Pesisir Barat mendapat nilai tambah, Lampung dan Indonesia juga mempunyai nilai tambah,” katanya.
Arinal menjelaskan membangun sentra lobster ini juga salah satunya bertujuan menghindari praktek ilegal penyelundupan benih bening lobster (BBL) atau benur keluar Lampung. Ia menegaskan akan membuat peraturan sebagai payung hukum terkait perlindungan benur tersebut.
“Saya akan membuat suatu aturan untuk penegakan hukum karena lobster ini ditangkap yang tadinya melalui Bandara Radin Inten II, sekarang pindah melalui Bengkulu, lalu ke Jambi, lalu ke Sumatera Selatan dan terakhir ke Vietnam. Setelah besar baru dikirim ke Jakarta,” katanya.
“Bersama kita membangun dan mengembangkan lobster di Lampung ini untuk Indonesia barulah untuk luar (ekspor). Dan yang terpenting terhadap kualitas lobster itu sendiri,” tegasnya.
Arinal mengatakan dengan menggandeng Universitas Lampung (Unila), Institut Pertanian Bogor (IPB), Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk bisa mensukseskan Lampung sentra pengembangan lobster. “Kita akan cari tempatnya untuk pengembangan budidaya lobster ini. Pemerintah Provinsi Lampung bersama IPB dan Unila kita membuat tim sehingga misi ini terwujud,” tuturnya.
Editor: Tokohkita