Pupu Fujriani Wasngadiredja

Gotong Royong Mengatasi Stunting Melalui Kebun Gizi

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Daerah /
  4. Selasa, 22 Oktober 2024 - 08:37 WIB

Kebun Gizi Rumah Tangguh Stunting/Komunitas Salarea
Kebun Gizi Rumah Tangguh Stunting
Foto: Komunitas Salarea

Program Kebun Gizi Rumah Tangguh Stunting ini merupakan langkah inovatif dan kolaboratif yang diharapkan dapat menjadi percontohan bagi daerah-daerah lain di Indonesia dalam memerangi stunting melalui pendekatan ketahanan pangan.

Program penanggulangan stunting di Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, Jawa Barat, kini semakin serius dengan adanya inisiatif baru dari Komunitas Salarea. Bersama PT PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), Yayasan Kelompok Kerja Salarea (Salarea Foundation), Rumah Tangguh Stunting (RTS), dan Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STFI) tengah mengembangkan program berkelanjutan dalam pencegahan dan penanganan stunting.

Kolaborasi ini bertujuan untuk menciptakan sinergi antara pihak pemerintah, swasta (perusahaan), perguruan tinggi,,  masyarakat hingga media (pentahelix) dalam upaya memerangi stunting secara efektif. Jamkrindo memberikan dukungan finansial dan operasional dalam pembangunan kebun gizi, sedangkan Komunitas Salarea bertanggung jawab dalam pengelolaan kebun gizi. Sementara Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia akan membantu dalam aspek edukasi dan riset terkait gizi dan kesehatan.

Sejatinya, program ini dijalankan lantaran angka stunting terbilang masih tinggi di Garut. Pemerintah Daerah Kabupaten (Pemdakab) Garut menargetkan angka stunting di Garut menjadi 13% pada tahun 2024. Sebelumnya, angka stunting di Kabupaten Garut adalah 35?n saat ini sudah menurun ke angka 23,6%. Atas dasar itu, Pemdakab Garut bersama seluruh jajaran terus melakukan upaya konkret untuk menekan angka stunting, menurunkan angka kematian ibu dan bayi. 

Mengingat penanganan stunting membutuhkan waktu yang cukup panjang, maka dirintis pengembangan Kebun Gizi Rumah Tangguh Stunting, yang diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan sekaligus mengatasi masalah stunting di wilayah tersebut. Yang terang, tingginya angka stunting di Garut menjadi perhatian serius. Berdasarkan data terbaru, banyak anak-anak di wilayah ini mengalami masalah gizi, sehingga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan mereka. 

Melalui kebun gizi, Komunitas Salarea berharap dapat memberikan solusi nyata dalam menyediakan sumber pangan bergizi dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya asupan gizi yang seimbang. Adapun kegiatan edukasi dan promosi gizi melibatkan semua pemangku kepentingan yang berkolaborasi dalam program ini.

Kebun gizi adalah pendekatan strategis yang berfokus pada pengembangan produksi pangan sebagai solusi jangka panjang dalam pemenuhan kebutuhan asupan bergizi di masyarakat Garut, terutama di Desa Kertajaya, Kecamatan Cibatu. Kebun ini akan memproduksi berbagai jenis sayur dan buah, dengan sistem pembagian hasil panen yang berkelanjutan dan melibatkan masyarakat lokal secara aktif.

Lokasi kebun gizi yang terletak di Sumurkondang, Desa Kertajaya, Kecamatan Cibatu, mulai dibangun pada September 2024. Kebun gizi dilengkapi dengan green house untuk penanaman, fasilitas pembibitan dan pengolahan media tanam, fasilitas pengairan, dan sebagainya. 

Dasa Kertajaya ini dipilih karena tingginya kebutuhan akan intervensi pangan bergizi untuk masyarakat setempat, terutama keluarga rentan stunting. Desa ini juga dipilih oleh Pemda Garut sebagai lokus penanganan stunting. Ke depan, hasil panen dari kebun gizi juga akan dikembangkan lebih lanjut dengan memanfaatkan pasar tani lokal sebagai bagian dari hilir distribusi hasil kebun. Beberapa kebun milik warga setempat juga dikerjasamakan untuk perluasan area tanam kebun gizi.

Kebun gizi direncanakan mulai berproduksi pada November-Desember mendatang. Saat ini masih dalam tahap persiapan lahan, pengadaan media tanam, dan pembibitan. Tahap awal juga fokus pada pelatihan bagi para pengelola kebun gizi. Dengan perencanaan matang, hasil panen pertama diharapkan dapat diperoleh dalam waktu enam bulan setelah tahap penanaman dimulai.

Kebun gizi mengadopsi model pemberdayaan masyarakat dari hulu ke hilir. Produksi sayur dan buah dilakukan di kebun lokal dengan melibatkan masyarakat komunitas sebagai pengelola. Dari 100% hasil panen, 40% akan disalurkan untuk memasok paket buah dan sayur yang didistribusikan oleh Rumah Tangguh Stunting kepada sasaran program, 40% hasil panen untuk insentif pengelola kebun gizi, dan sisanya 20% untuk biaya produksi, pemeliharaan, bibit, dan pupuk. Skema ini dibuat agar kebun gizi mampu memproduksi sayur dan buah secara berkelanjutan.

Selain itu, hasil panen juga akan dijual melalui pasar tani lokal akan digelar di sejumlah titik starategis pemasaran, dengan tujuan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal sekaligus memastikan keberlanjutan program. Model distribusi ini diharapkan dapat menciptakan rantai nilai yang tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan masyarakat, tetapi juga meningkatkan pendapatan para petani dan pengelola kebun gizi.

Program Kebun Gizi Rumah Tangguh Stunting ini merupakan langkah inovatif dan kolaboratif yang diharapkan dapat menjadi percontohan bagi daerah-daerah lain di Indonesia dalam memerangi stunting melalui pendekatan ketahanan pangan. Dengan dukungan dari berbagai pihak, harapannya, stunting di Garut dapat ditekan secara signifikan dan kesejahteraan masyarakat meningkat melalui ketahanan pangan yang kuat dan berkelanjutan. Masyarakat sehat dengan pangan mandiri.

 

*Penulis adalah Humas & Kerjasama Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STFI) Bandung

Editor: Tokohkita


TERPOPULER